Kerja global adalah konsekuensi dari trend globalisasi yang terjadi pada dunia usaha, terutama sejak jaringan internet menghubungkan antar berbagai tempat di seluruh dunia.
Tak usah heran, yang bisa go global bukan hanya perusahaan yang memang dari dulu beroperasi secara global, tapi juga individu yang berkiprah sambil rebahan di rumahnya.
Seorang remaja culun yang masih berumur 19 tahun, sebut saja namanya Farhan, punya hobi membuat komik, kartun, karikatur, logo, dan emoji (emoticon).
Tak disangka, emoji yang dibuat Farhan secara iseng-iseng tersebut dibeli oleh penyedia aplikasi yang cukup terkenal dan di Indonesia banyak penggunanya.Â
Maka, Farhan yang masih duduk di semester 2 jurusan desain grafis di sebuah perguruan tinggi swasta itu, mendapat bayaran dalam yen (mata uang Jepang) ke rekening paypal atas namanya sendiri.
Mungkin Farhan belum bisa disebut sebagai pekerja global, karena sifatnya masih insidentil dengan nilai bisnis yang masih sangat kecil.
Namun, bila nantinya Farhan bisa serius, mampu membangun jaringan dengan berbagai pihak yang terkait dan punya pola kerja yang sistematis, bukan tak mungkin ia akan berstatus pekerja profesional secara global.
Cara yang dilakukan Farhan bisa jadi juga dilakukan oleh banyak remaja Indonesia yang kreatif. Toh, untuk bisa membuat emoji yang bagus, tak perlu mereka yang kuliah di desain grafis.Â
Dan yang bisa dijual secara global melalui dunia maya, tak hanya emoji. Ada banyak kreasi yang berpotensi untuk dikomersialkan, tinggal rajin-rajin saja membuka berbagai aplikasi media sosial.
Tak ada masalah dengan jurusan kuliah untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jurusan kuliah bisa apa saja, tapi punya satu bidang yang dikusai.