Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mengenang KRL Zaman "Jahiliyah", Penumpang Berjubel di Atap Kereta

23 Januari 2022   10:08 Diperbarui: 23 Januari 2022   15:11 18431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiket berupa kartu elektronik itu nantinya ditempel pada pagar pembatas sebelum memasuki peron, agar pagar  tersebut terbuka.

Kartu itu berupa deposit prabayar yang nilainya akan berkurang setelah penumpang turun dan menempelkan kartu di pagar keluar peron di stasiun tujuan.

Saya juga melihat ketertiban penumpang dengan budaya antre yang baik saat naik dan turun kereta, sesuatu yang hingga sekarang di KRL Jabodetabek belum sepenuhnya berjalan pada jam-jam sibuk.

Penumpang yang baru pertama kali naik MRT di Singapura tak perlu takut tersasar, karena di papan informasi elektronik lengkap disajikan jadwal dan tujuan kereta serta stasiun apa saja yang dilewati. 

Ada pula peta rute MRT baik di peron maupun di dalam kereta. Selain itu, ada lagi informasi langsung memakai pengeras suara yang dibutuhkan penumpang saat menunggu di peron dan saat di dalam kereta.

MRT di Singapura|dok. aseantoday.com
MRT di Singapura|dok. aseantoday.com

Nah, saya masih bernostalgia, kali ini berlanjut pada tahun 1997-1999, saat saya jadi pelanggan tetap KRL, dengan membeli kartu abonemen yang berlaku selama 1 bulan. Murah sekali kalau berlangganan seperti itu. 

Ketika itu rute saya adalah dari stasiun Tebet ke Bogor pulang pergi, karena saya mengikuti program magister di IPB, setelah lolos seleksi di kantor tempat saya bekerja.

Saya kuliah dengan biaya dinas dan sebetulnya dapat semacam uang kontrak rumah di Bogor. Tapi, dengan pertimbangan ingin dekat keluarga, saya tetap memilih tinggal di Tebet, Jakarta Selatan.

Harga abonemen memang murah. Tapi, betapa tersiksanya saya kalau lagi jam sibuk naik KRL berdesak-desakan dan terpaksa berdiri sepanjang perjalanan.

Semakin tersiksa lagi bila dalam kondisi hujan. Soalnya jendela terbuka, sehingga air hujan, terutama hujan yang disertai angin, akan mengguyur sebagian penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun