Mungkin saya kurang peka dalam mengamati peluang bisnis. Sungguh, selama ini saya belum melihat betapa menggiurkannya berbisnis jasa penitipan anak.
Bahwa saya seorang laki-laki, bukan alasan untuk tidak mengamati bisnis yang lebih bernuansa perempuan tersebut.Â
Kenapa saya sebut bernuansa perempuan? Karena yang mendatangi tempat penitipan anak di pagi hari, rata-rata adalah ibu-ibu yang akan berangkat kerja.
Lalu, pada sore hari, ibu-ibu yang sama akan kembali lagi menjemput anaknya. Jarang sekali bapak-bapak yang datang ke tempat penitipan anak.
Saya baru menyadari bahwa usaha daycare (istilah keren untuk tempat penitipan anak) merupakan "sesuatu", setelah dua orang famili saya tertarik ingin membuka bisnis tersebut.
Salah satu famili yang saya maksud adalah adik saya sendiri, seorang guru SMP yang tahun depan akan memasuki masa pensiun.
Adik saya itu bersama suaminya sudah membeli sebuah rumah untuk direnovasi menjadi tempat penitipan anak di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Seorang lagi, keponakan saya, sudah lebih lama berancar-ancar mau membuka usaha penitipan anak, namun sampai sekarang ia terkendala masalah permodalan.
Keponakan tersebut pernah merayu saya agar jadi investor, tapi ketika itu saya belum meresponnya dengan baik, karena itu tadi, saya belum menangkap potensi besarnya.
Sekarang, setelah saya membaca sejumlah referensi, pandangan saya semakin terbuka. Jika punya konsep yang matang, tentu juga modal, menurut saya bisnis penitipan anak sangat menjanjikan.
Modal jelas diperlukan paling tidak buat menyewa tempat (akan lebih bagus lagi bila tempatnya menjadi milik sendiri), kemudian melengkapinya dengan berbagai fasilitas bagi anak-anak.