Bila hingga November pengadaan tersebut masih jauh dari target, maka pada Desember akan dipercepat penuntasannya. Ini ada kaitannya agar anggaran tahun depan tidak berkurang.
Soalnya, di akhir tahun pula penyusunan anggaran untuk tahun berikutnya harus telah disetujui direksi dan komisaris perusahaan.
Dalam menyusun anggaran untuk tahun berikutnya, antara lain tergantung pada realisasi atau daya serap anggaran tahun ini.
Contoh lain, sekiranya saja tidak lagi pandemi, sangat mungkin banyak perusahaan yang mengadakan acara workshop atau sejenis itu di hotel yang representatif di daerah yang sekaligus menjadi destinasi wisata unggulan.
Soalnya, bila untuk workshop sudah dianggarkan sejumlah tertentu selama setahun dan baru terealisir 60 persen, maka pihak terkait di perusahaan itu akan buru-buru mengadakan berbagai workshop lagi, paling tidak realisasi menjadi sekitar 80 persen.
Masalahnya, program yang terburu-buru dan terkesan asal menghabiskan anggaran, besar kemungkinan tidak akan efektif, hanya sekadar hura-hura saja.
Anggapan bahwa anggaran biaya harus habis, adalah pendapat yang salah kaprah. Justru, sepanjang perusahaan bisa berjalan dengan baik, dengan biaya yang lebih kecil, malah bagus. Ini yang disebut efisien.
Bila gara-gara perusahaan terlambat membeli atau membangun sesuatu, target omzet penjualan atau tujuan perusahaan tidak tercapai, maka ini namanya tidak efektif.
Berbeda dengan anggaran pendapatan yang dikelola oleh  bidang bisnis atau bidang pemasaran, kalau bisa melampaui target yang tercantum pada anggaran, akan lebih baik.
Tapi, untuk anggaran biaya, jangan boros dan jangan pula pelit. Harus optimal, dalam arti efektif dan efisien. Efektif tapi tidak efisien atau efisien tapi tidak efektif, akan sia-sia.
Dalam bercanda versi orang kantoran, karyawan bidang bisnis atau pemasaran disebut sebagai tukang cari duit, dan bidang support sebagai tukang habisin duit.