Saya menempati rumah yang terletak di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, sejak awal 2003 hingga sekarang.Â
Saya terlanjur jatuh cinta dengan Tebet karena pertama kali tinggal di Jakarta, saya menumpang di rumah Om saya yang juga di kawasan Tebet.
Setelah itu saya "berkelana", sempat tinggal di kawasan Mampang (Jaksel), Jalan Pramuka (Jakpus), "terdampar" di Denpasar (Bali) karena dipindahtugaskan, baru punya rumah sendiri di Tebet tersebut.
Enaknya di Tebet karena relatif dekat ke mana-mana. Meskipun secara administasi termasuk Jakarta Selatan, tapi  Tebet berbatasan dengan Jakarta Pusat dan Jakarta Timur.
Kelemahannya, jalannya relatif sempit, apalagi kalau namanya pakai "dalam" seperti Tebet Barat Dalam atau Tebet Timur Dalam.
Saya sendiri termasuk yang tinggal di kelompok "dalam" tersebut. Jadi, kalau membawa kendaraan roda empat, saat keluar dan masuk rumah, harus hati-hati.
Sistem pemberian nama jalan juga agak sedikit membingungkan bagi mereka yang pertama kali atau yang sangat jarang ke Tebet.
Tapi, untunglah sekarang soal mencari alamat bisa dibantu oleh aplikasi tertentu.
Namun demikian, secara umum saya sekeluarga merasa betah tinggal di Tebet dan karenanya tidak ada niat untuk pindah ke tempat lain.
Hanya saja, dalam bersosialisasi, saya sangat merasakan betapa tidak akrabnya hubungan antar tetangga. Hanya sekadar kenal saja.Â
Untungnya, saya relatif dekat dengan Pak RT, sehingga informasi tentang tetangga saya, justru saya dapatkan dari Pak RT.