Pada tahun 1999, cukup mengejutkan, ketika Bank Mandiri yang baru berdiri pada akhir 1998, menjadi sponsor utama. Mungkin karena penyebutan liga berubah menjadi Liga Mandiri, dinilai sebagai media yang tepat untuk memperkenalkan bank tersebut.
Bank Mandiri merupakan hasil merger dari 4 bank milik negara yang mengalami kerugian besar pada saat krisis moneter 1998, yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia, dan Bank Ekspor Impor Indonesia.
Cukup lama Bank Mandiri menjadi sponsor, sebelum diambil alih kembali oleh perusahaan rokok pada tahun 2005. Kali ini perusahaan rokoknya adalah Djarum yang berpusat di Kudus, Jawa Tengah.
Djarum merupakan sponsor terlama yang rekornya hingga sekarang belum terpecahkan. Baru pada tahun 2015, sebuah bank asal Qatar, QNB, Â bertindak sebagai sponsor baru.
Sayangnya, saat Liga QNB 2015 baru menyelesaikan 19 pertandingan (masing-masing klub baru bermain rata-rata 2 kali), kompetisi dihentikan karena kepengurusan PSSI dibekukan oleh Menpora waktu itu, Imam Nahrawi.
Pada tahun 2017, di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi yang juga seorang pejabat militer, PSSI mengubah nama liga kasta tertinggi menjadi Liga 1, yang hingga sekarang nama itu masih dipakai.
Liga 1 tersebut disponsori oleh perusahaan yang bukan merek rokok, juga bukan bank. Agak mengejutkan, Gojek (dengan Traveloka sebagai co-sponsor), keduanya perusahaan rintisan (startup) asal dalam negeri, terpilih menjadi sponsor utama.
Berikutnya, pada tahun 2019, giliran perusahaan rintisan asal Singapura, Shopee, yang memegang sponsor utama Liga 1.
Nah, sekarang, pada 2021, seperti telah disinggung di atas, Liga 1 kembali disponsori bank. Kali ini giliran BRI, bank yang punya jaringan kantor sampai ke kota kecamatan di berbagai pelosok tanah air.
Melihat berbagai nama sponsor di atas, secara umum, perusahaan rokok dapat disebut mendominasi, karena menjadi yang  terlama.
Memang, manajemen perusahaan rokok sering menjadikan event olahraga dan juga konser musik sebagai wadah promosi yang dirasa tepat.