Lazim sebetulnya, setiap mencetak poin, pemain berteriak dengan keras. Biasanya teriakan itu hanya sekadar "huuuuuu" saja, kata yang boleh dikatakan tanpa arti khusus.Â
Tapi, teriakan itu sangat penting artinya untuk melepaskan ketegangan dan sekaligus untuk membakar semangat sendiri sembari meruntuhkan nyali lawan.
Bukankah sering para komentator di layar kaca mengatakan, faktor mental bertanding ikut menentukan kesuksesan atlet, di samping kualitas permainannya.
Nah, dengan berteriak, atau melakukan gerakan lain yang sejenis itu, merupakan pertanda bahwa mental si pemain lagi on fire.
Jadi, boleh-boleh saja seorang atlet berteriak keras. Hanya perlu diingat agar jangan kebablasan menjadi tindakan yang provokatif. Makanya, wajah jangan diarahkan ke lawan. Apalagi, bila diiringi gestur yang mengejek, ini lebih tidak etis lagi
Pasangan ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon, konon kurang disukai lawan karena gayanya yang cenderung provokatif.
Dengan adanya protes dari pemain Korea Selatan terhadap pemain China, Kevin dan Marcus bisa mengambil pelajaran agar di masa datang tidak menuai protes serupa
Ada contoh dari pemain tunggal putri yang tampil di Olimpiade 2020, yang teriakannya kencang, penuh percaya diri, namun tidak terkesan mengejek lawan, yakni Ratchanok Intanon dari Thailand dan Tai Tzu Ying dari Taiwan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H