Judul di atas sebetunya bukan pertanyaan yang sulit. Saya kira, bagi yang pernah menonton pertandingan voli pantai putri, baik secara langsung (sebelum pandemi), maupun melalui layar kaca, jawabannya sudah jelas.
Bukan kualitas permainan yang menjadi daya tarik utama cabang olahraga yang berlangsung di atas pasir itu. Tapi penampilan para pemainnya yang khas.
Hanya berbalut "segi tiga pengaman" dalam ukuran yang sangat pas-pasan untuk menutupi aset paling berharga seorang wanita serta bra penutup dada, itulah "jersey" para pemain voli pantai putri.
Tak pelak lagi, terutama bagi kaum lelaki, akan betah memelototi layar kaca selama permainan berlangsung. Apalagi ketika kamera dalam posisi lebih dekat, wow, mana tahan.
Kemudian, kalau levelnya sudah Olimpiade, tentu juga aksi para pemain yang seperti bermain akrobat, juga menarik untuk ditonton.Â
Smash para pemain banyak yang luar biasa. Tapi, cara pemain lawan melakukan blok atas smash tersebut, tak kalah pula hebatnya.Â
Sayang sekali, pada Olimpiade Tokyo saat ini, Indonesia tidak mengirim atlet voli pantai putri. Padahal, Indonesia pernah berjaya di cabang olahraga ini.
Sekadar mengingat kembali, pada Olimpiade yang berlangsung di Atlanta tahun 1996, atlet voli pantai Indonesia ikut berlaga.Â
Untuk level Asia, prestasi Indonesia lumayan bagus, antara lain dengan meraih medali perak Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan.
Pada Asian Games terakhir yang diadakan di Jakarta dan Palembang pada 2018, Indonesia meraih 1 perak dari voli pantai putra dan 1 perunggu dari tim putri.
Meskipun pakaian atlet voli pantai sangat minimalis, yang untuk atlet putri disebut juga bikini, sejauh ini tak banyak terlacak protes atas pakaian tersebut di Indonesia.