Bagi orang kantoran, mengikuti rapat membahas berbagai hal untuk kelancaran tugas, merupakan pekerjaan yang sering dilakukan.
Memang, sejak negara kita dilanda pandemi, kegiatan rapat lebih banyak berlangsung secara online. Bisa jadi dengan model rapat online tersebut, proses pengambilan keputusan tetap bisa berlangsung secara baik.
Namun, ada hal yang hilang karena peserta rapat tidak berkumpul di suatu tempat. Salah satu yang hilang tersebut adalah tidak adanya cemilan bagi peserta rapat.
Ya, iyalah, bagaimana ribetnya bila ada office boy yang ditugaskan mendistribusikan cemilan ke rumah masing-masing peserta rapat.Â
Padahal, cemilan itulah yang cukup sakti untuk melawan rasa kantuk bila rapat berlangsung membosankan. Ada cemilan yang disajikan dalam kotak dan masing-masing kebagian satu kotak.
Ada juga cemilan yang digelar di piring besar yang diletakkan di beberapa tempat di atas meja yang gampang dijangkau peserta rapat.
Bagi saya pribadi, lebih suka cemilan dalam kotak. Saya bisa membawanya ke meja kerja sehabis rapat. Kalau yang digelar di atas meja, saya orangnya termasuk malu-maluin. Ingin mengambil, tapi kalau yang lain belum mulai, nanti dulu ah.
Atas nama efisiensi, ada juga kantor yang tidak memberikan cemilan. Tapi, akibatnya, peserta rapat besar kemungkinan tak mau rapat lagi. Jika nanti diundang pada rapat selanjutnya, cukup mengutus staf junior saja.
Di kantor tempat saya bekerja, aneka gorengan dan jajanan pasar masih menjadi cemilan yang paling sering dihidangkan di ruang rapat. Mungkin karena para senior suka yang seperti itu dan lagi pula gampang didapat.
Adakalanya, bila rapat dikoordinir oleh staf yang masih muda-muda, jenis cemilannya lebih kekinian. Saya tidak hafal nama cemilan masa kini, tapi memang variatif dengan aneka bumbu yang lebih tajam, dan mungkin kurang menyehatkan.
Cemilan masa kini tersebut ada yang meniru cemilan impor, tapi ada juga makanan tradisional yang dimodifikasi dan dikemas secara menarik.