Eko memang baru pindah ke kantor pusat, setelah sebelumnya beberapa kali pindah dari satu kantor wilayah ke kantor wilayah lain.
"Eko itu orangnya yang mana sih?", tanya Pak Sonny. Saya spontan menjawab bahwa Eko itu yang kepalanya botak. Ups, saya langsung sadar, Pak Sonny kan juga botak, jangan-jangan beliau tersinggung dengan saya.
Saya langsung buru-buru minta maaf. Meskipun demikian saya tidak tahu apa maksud beliau dengan mengatakan: " botak sih bisa saja sama-sama, tapi kan saya lebih gagah".
Ya, harus diakui, Pak Sonny memang gagah dan kebotakannya ikut menunjang kegagahan tersebut. Berbeda sekali dengan botaknya seorang office boy bernama Otong.Â
Sadarlah saya, ternyata botak pun ada kelas-kelasnya, biasanya tergantung pada tingkat kesejahteraannya. Botak yang berkelas adalah botaknya orang kaya.
Tapi, satu hal yang saya yakin, bahwa orang botak itu ada di semua kelompok. Jadi, tak bisa diklaim orang botak pasti pintar, karena tak sedikit orang botak yang tak pintar.Â
Bahwa ada orang botak yang cendekiawan, itu bukan karena ia botak. Juga bukan karena cendekiawan baru kemudian ia jadi botak.
Seperti juga halnya ada orang botak yang kaya, ada yang miskin. Ada yang ganteng, dan ada pula yang bertampang pas-pasan.Â
Agak mirip juga dengan orang yang gondrong, orang yang berkumis, atau yang brewokan, ada di banyak golongan. Tidak harus seniman untuk jadi gondrong.
Hanya saja, gondrong lebih sekadar mode, seharusnya jika mau, dipotong saja. Sedangkan botak dan "botak" itu ada dua kelompok, mereka yang nasibnya botak, dan yang sengaja memilih botak.
Bagi yang belum terlanjur botak dan berniat untuk tidak botak, di Kompasiana telah cukup banyak tulisan tentang tips mencegah rambut rontok. Tinggal diterapkan saja secara konsisten. Semoga berhasil.