Bus antar kota, baik antar kota dalam satu provinsi, maupun antar kota antar provinsi (AKAP), sekarang diduga sudah mulai berkurang jumlahnya dibandingkan sebelum tahun 2000.Â
Sebagai contoh, untuk rute Jakarta-Bandung, kebanyakan penumpang memilih naik travel, meskipun dengan tarif yang sedikit lebih mahal ketimbang naik bus.
Namun demikian, untuk jarak yang relatif jauh, seperti dari Jakarta ke Surabaya, atau ke kota-kota di Sumatera, bus AKAP masih banyak peminatnya.Â
Saingannya bukan dengan travel yang sama-sama menggunakan jalan raya, tapi justru moda transportasi lain, yakni pesawat terbang, kereta api, dan kapal laut.
Bahkan, tampilan bus-bus masa kini terlihat sangat menarik, membuat penumpang merasa nyaman. Kalau harus menghabiskan malam dalam perjalanan, tidak masalah.
Penumpang bisa tidur dengan nyenyak, karena kursinya relatif lebar dan bisa diatur sandarannya agar nyaman untuk rebahan.
Tapi, bagi penumpang wanita yang bepergian naik bus antar kota seorang diri, belum tentu bisa nyaman. Bahkan, wanita seperti itu ibarat  menempuh perjalanan dengan mempertaruhkan nasibnya.
Kenapa disebut pertaruhan? Begini, para wanita sering was-was bila penumpang yang duduk di sebelahnya bukan wanita. Masalahnya, sewaktu membeli tiket bus, ia tak bisa memastikan siapa yang akan duduk di bangku sebelahnya.
Itulah yang menggumpal dalam hati wanita yang sendirian saat naik kendaraan umum. Ia bertanya-tanya, siapa yang duduk di bangku sebelahnya. Bila laki-laki, ia akan ekstra waspada.
Dan itu tidak pandang laki-laki seperti apa, karena yang bertampang orang kantoran, bahkan mohon maaf, yang bertampang orang alim pun, bisa saja memanfaatkan kesempatan.
Modus paling sering adalah si lelaki pura-pura tidur dan kepalanya rebah ke bahu si wanita. Bisa pula tangannya ikut main, bila si wanita mendiamkan saja.