Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mobil Seken, Mengapa Harga Tunai Lebih Mahal dari Kredit?

9 Juni 2021   17:20 Diperbarui: 10 Juni 2021   10:02 4426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil bekas di WTC Mangga Dua (KOMPAS.com/Aprida Mega Nanda)

Pengalaman seharian pada Sabtu (5/6/2021) yang lalu menemani seorang teman mencari mobil bekas, telah menambah pengetahuan saya seputar jual beli mobil bekas, atau sering juga disebut mobil seken. 

Kenapa sampai menghabiskan waktu seharian? Ya, karena teman saya ini ingin membandingkan mobil yang diincarnya di beberapa tempat penjualan mobil seken di Jakarta. Lagipula, ia sengaja mencari mobil dengan merek, tipe, dan tahun pembuatan tertentu, yang stoknya tidak banyak.

Ada 3 lokasi yang kami kunjungi. Pertama di sebuah jaringan penjualan mobil bekas yang sangat terkenal di Jakarta, dan showroom terbesarnya berada di Cilandak, Jakarta Selatan.

Sebetulnya, di sana teman saya sudah berminat dengan sebuah mobil seken yang spesifikasinya cocok dengan yang dicarinya. Hanya harganya yang jauh di atas taksiran teman saya. 

Dalam hati saya berkata, perusahaan yang menjual mobil seken tersebut memang sudah terkenal reputasinya karena semua mobil yang dijualnya terawat dengan baik, tentu ada ongkos buat perawatan tersebut.

Setelah itu, kami bergerak ke sentra penjualan mobil seken di Kemayoran, Jakarta Pusat. Di lokasi yang tidak begitu jauh dari arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) itu, ada banyak sekali kios pedagang mobil seken. Sayangnya, tak tersedia mobil dengan spesifikasi yang cocok dengan keinginan teman saya.

Kemudian, tak jauh dari Kemayoran, ada lagi sentra penjualan mobil bekas di Gedung WTC Mangga Dua, Jakarta Utara. Nah, di sinilah teman saya kesengsem dengan mobil yang spesifikasinya sesuai keinginannya.

Setelah mengecek kondisi mobil itu dan dijajal di lantai 12 WTC yang merupakan ruang terbuka yang relatif luas, teman saya mantap memutuskan untuk membeli.

Nah, masalahnya, teman saya minta pertimbangan saya apakah sebaiknya ia membayar secara tunai atau secara kredit. Jika membayar tunai, tak ada masalah, karena teman ini punya dana di rekening tabungannya di sebuah bank.

Hanya saja, ia bingung, kenapa jatuhnya lebih murah bila membayar secara kredit. Sebetulnya saya juga bingung, maka saya bertanya lebih rinci ke pedagangnya.

Jadi begini, jika membeli secara kredit, mobil itu dilepas si pedagang seharga Rp 152 juta. Tapi itu di luar bunga bank atau bunga dari perusahaan leasing yang memberikan kredit.

Adapun kalau membayar tunai, pedagang memberi harga Rp 165 juta. Terlalu jauh perbedaan harganya, bukan? Karena penasaran, saya "paksa" si pedagang mengatakan apa alasannya. 

Soalnya, logika umum, harga kredit akan lebih mahal dari harga tunai, karena nilai rupiah di masa depan akan tergerus inflasi. Rp 1 juta di hari ini nilainya lebih besar atau mampu membeli barang yang lebih banyak ketimbang Rp 1 juta pada 2 atau 3 tahun lagi.

Ternyata, pedagang dapat bonus dari bank atau perusahaan leasing yang bekerja sama dengannya. Tentu pedagang tersebut pedagang yang sudah dikenal reputasinya oleh pihak bank atau leasing.

Maka, bila teman saya memilih pembayaran kredit, hanya tersedia 3 pilihan tempat mengajukan kredit. Hal ini karena hanya 3 lembaga keuangan itu yang bekerja sama dengan si pedagang.

Tentu bonus tersebut besar jumlah rupiahnya, bila mengingat perbedaan harga antara tunai dan kredit juga besar, seperti yang telah ditulis di atas.

Pihak leasing pun tak akan rugi gara-gara memberi bonus, karena mereka butuh peminjam yang banyak agar bisnis mereka berputar. Dan pada akhirnya, semua itu jadi beban konsumen, yang tercermin dari tingginya bunga yang dibayar ke pihak leasing.

Bagi konsumen sendiri, bila memang uangnya tidak cukup, dan merasa mampu mencicil kredit, maka tak ada pilihan lain selain kredit.

Tapi, jika punya uang tunai, baru pertimbangkan dengan matang. Apakah ingin cara tunai dengan harga lebih mahal, atau cara kredit dengan harga awal lebih murah, meskipun setelah dijumlah dengan semua cicilan, jatuhnya tetap lebih mahal.

Disarankan memilih cara kredit, bila uang yang tadinya dialokasikan buat membayar tunai, bisa diinvestasikan dengan hasil yang lebih tinggi dari biaya bunga bank.

Namun, bila hanya ditempatkan sebagai tabungan di bank yang bunganya sangat rendah saat ini, akan lebih baik membayar secara tunai. 

Bagaimanapun, suku bunga kredit yang dibebankan bank pada peminjam, pasti lebih tinggi dari suku bunga tabungan yang dibayarkan bank pada penabung.

Kembali ke teman saya, setelah saya memberikan pandangan, ia dengan mantap memilih cara tunai. 

Awalnya dengan memberikan tanda jadi sebesar Rp 5 juta dan sisanya akan ditransfer dua hari kemudian, sekaligus serah terima kendaraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun