Robi adalah anak tunggal dari ayah dan ibu yang masing-masingnya adalah pejabat di sebuah kabupaten. Tapi, sudah cukup lama ayah dan ibunya meninggal dunia. Meskipun berkat koneksi orang tuanya, Robi bisa jadi PNS sebagai pegawai pemda, tapi karena malas bekerja, Robi kemudian tidak lagi jadi PNS.
Ketika harta peninggalan orang tuanya masih bisa dijual, Robi masih bisa hidup nyaman. Bahkan Robi tiga kali menikah. Tentang proses pernikahannya ini saya tidak tahu pasti ceritanya. Yang jelas, istrinya yang sekarang adalah istri ketiga, dan dua istri sebelumnya telah bercerai dengan Robi.
Setelah harta peninggalan orang tuanya habis, Robi dengan mengandalkan kemampuannya berbicara, seolah-olah ada proyek yang digarapnya, sering minta bantuan uang ke famili atau temannya, sekadar menunggu proyek yang diomongkannya kelar.
Tapi, lama-lama orang lain tidak lagi percaya pada Robi, karena proyek tersebut hanya khayalannya saja. Kemudian, Robi terang-terangan minta bantuan ke sanak familinya secara bergiliran. Bulan ini minta ke famili A, bulan depan ke famili B, lalu setelah sekian bulan, kembali ke si A lagi.
Ada famili yang karena kasihan atau ingat kebaikan orang tua Robi dulunya, dengan senang hati membantu semampunya. Namun, ada juga famili yang meskipun punya uang, kapok membantu Robi, paling hanya setahun sekali saja, sewaktu mau lebaran.
Begitulah kisah Robi, entah sampai kapan ia seperti itu. Katanya, ia sudah mulai berjualan makanan yang dimasak oleh istrinya. Namun, karena dampak Covid, jualannya malah sering rugi.
Kedua, ini kisah dari seorang yang sebut saja namanya Murni, ibu dari 5 orang anak. Anak tertuanya bahkan telah menikah dan memberikan seorang cucu buat Murni. Usia Murni juga belum tua, masih di awal 50-an tahun.
Murni memang kurang beruntung nasibnya, karena sudah cukup lama menderita sakit. Sayangnya, suaminya yang seharusnya giat bekerja, malah dengan dalih mendampingi istrinya yang sakit, sering di rumah kecil yang dikontraknya.
Makanya, justru Murni yang rajin mengirim pesan singkat ke sejumlah sanak familinya (secara bergiliran seperti cara yang ditempuh Robi di atas), menuliskan tentang sakit yang dideritanya dan sekaligus memohon bantuan.
Ada seorang famili yang ingin membantu mengurus kartu BPJS untuk Murni agar ia gratis berobat, tapi ada saja alasan Murni yang membuat ia hingga sekarang belum punya kartu BPJS.
Sebetulnya tanpa meminta pun, dalam suatu keluarga besar, sejak maraknya media sosial yang memepermudah komunikasi, kebanyakan sudah ada koordinasi untuk saling membantu.Â