Pada suatu pagi di bulan Maret 2021 lalu,  ketika baru sampai di kantor, saya langsung menuju ruang rapat. Ternyata belum ada tanda-tanda rapat mau dimulai, justru ada kesibukan office boy (OB) yang lagi menata makanan berupa aneka cemilan tradisional atau jajanan pasar.
Ketika saya tanya kepada OB ada acara apa, dijawabnya tidak ada apa-apa. Tapi, lanjut si OB, Bu Yuni (salah seorang direktur di kantor tempat saya bekerja) meminta ia membeli makanan tersebut untuk dibagi-bagi ke semua karyawan satu lantai yang berjumlah sekitar 50 orang.Â
Ah, Bu Yuni memang sering seperti itu, meskipun ia tidak lagi ulang tahun atau tidak lagi ada apa-apa. Seperti dua minggu lalu, hanya karena salah seorang staf bercerita ke Bu Yuni ada bakmi yang enak di sebuah restoran, tiba-tiba besoknya Bu Yuni memesan bakmi enak itu untuk kami semua.
Jelas bahwa Bu Yuni contoh bos yang pemurah, sehingga sangat menyenangkan bagi anak buah. Pemurahnya Bu Yuni masih dalam taraf wajar, karena kalau sudah masuk taraf boros, mungkin tidak lagi bagus, anak buah bisa ngelunjak.
Nak, kebalikan dari bos yang pemurah, bos yang pelit termasuk salah satu tipe bos yang kurang disukai anak buah. Bos yang seperti ini sering tidak mempan disindir anak buah.
Di banyak perusahaan, meskipun gaji dan tunjangan seseorang bersifat rahasia, tapi sudah umum diketahui bahwa struktur penggajian, termasuk penerimaan bonus, sangat timpang antar kelompok atas dan bawah.
Jangan heran bila rasio antara gaji tertinggi dengan gaji terendah di banyak perusahaan, bisa 1 berbanding 100. Dalam kondisi seperti itu, sebaiknya mereka yang berada pada lapisan atas memperlihatkan sikap pemurahnya, seperti mengajak kelompok lapisan bawah untuk makan-makan atau memberi bingkisan.
Jika bos-bos itu cuek saja, pura-pura tidak tahu, itu sudah tergolong pelit. Apalagi misalnya pada momen-momen tertentu, bos seharusnya memanfaatkannya untuk berbagi rezeki dengan anak buah, agar tidak dicap pelit.
Yang lebih bagus memang seperti Bu Yuni di atas, tanpa momen tertentu pun tetap berbagi. Tapi, kalau memang mau dihubungkan dengan momen tertentu, paling tidak acara berbagi tersebut dilakukan pada momen-momen berikut ini.
Pertama, saat menerima bonus. Walaupun anak buah juga menerima bonus, tapi karena jumlahnya yang timpang, tak ada salahnya bos mengajak anak buah makan-makan. Bukankah tanpa dukungan anak buah, pekerjaan si bos tidak kelar, yang otomatis bisa berbuntut pada jumlah bonus.