Kebetulan saya bekerja di divisi yang sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Saya seorang sarjana ekonomi jurusan akuntansi dan dalam meniti karier di sebuah BUMN, sebagian besar ditugaskan di divisi akuntansi.
Padahal, tidak sedikit mereka yang bergelar akuntan, tapi ditugaskan di divisi pemasaran atau divisi lain yang tidak begitu dominan berkaitan dengan akuntansi. Di lain pihak, ada pula yang bertugas di divisi akuntansi, meskipun latar belakang pendidikannya bukan ilmu akuntansi.
Begitulah, merupakan hal biasa, bila disiplin ilmu di bangku kuliah tidak menjadi faktor penentu dalam perjalanan karier seseorang. Tapi, sebagai ilmu, apa pun yang dipelajari akan tetap bermanfaat. Tak ada yang namanya sia-sia.
Nah, dalam hal pengalaman saya, tentu saya bersyukur, karena ilmu yang saya pelajari sangat membantu saya untuk menyelesaikan tugas yang harus saya lakukan di kantor.
Karena topik tulisan ini berkaitan dengan overthinking, maka berdasarkan pengalaman saya, ada dua jenis overthinking yang khas gaya anak akuntansi. Jika tulisan ini dianggap tidak mewakili, paling tidak, anggap saja bersifat subjektif versi saya pribadi.
Pertama, berkaitan dengan prosedur pekerjaan, sehingga mau tak mau harus overthinking. Akuntansi sudah baku mempunyai dua sisi yang harus sama angka pembukuannya, yakni sisi debit dan sisi kredit.Â
Bila jumlah debit dan kredit tidak sama, pasti ada kesalahan. Di mana letak salahnya, harus dicari dengan menelusuri dokumen transaksi pembukuan. Proses penelusuran tersebut boleh dikatakan sebagai perilaku overthinking, karena kadang-kadang membutuhkan waktu dan tenaga yang tak sedikit.
Ekstremnya, walaupun selisih pembukuan yang terjadi hanya satu rupiah, tetap perlu ditelusuri. Sangat mungkin biaya untuk menelusurinya berkali-kali lipat dari satu rupiah, kalau misalnya perlu lembur, tentu pemakaian listrik di kantor jadi bertambah, selain kantor membayar uang lembur.
Tapi, dengan bantuan aplikasi teknologi informasi, sekarang mencari selisih pembukuan menjadi lebih gampang. Kalaupun tidak ketemu, bisa dibuku sebagai suspend account. Namun akun suspen ini tetap harus ditelusuri ke akun yang benar.
Jadi, bisa dibayangkan tingkat overthinking orang audit harus melebihi overthinking-nya orang akuntansi. Auditor pun ada dua pihak, yakni auditor internal yang merupakan unit independen di perusahaan yang sama, serta auditor eksternal.Â