Sedangkan 4 pos pemeriksaan adalah di meja petugas yang memeriksa dan membubuhi paraf dan stempel hasil pemeriksaan antigen, di gerbang sebelum pemeriksaan barang yang dibawa, di tempat check in, dan sebelum masuk ruang tunggu keberangkatan.
Ada aplikasi yang harus diunduh setiap penumpang. Di terminal keberangkatan, banyak saya lihat penumpang yang memperlihatkan barcode di gawainya kepada petugas yang mengecek tiket dan hasil lab.
Tapi, karena saya tidak diminta memperlihatkan gawai, saya juga cuek saja. Ternyata sesampainya di bandara tujuan, menjelang keluar terminal, diperiksa oleh petugas khusus.
Saya yang belum mengunduh aplikasi yang menjelaskan riwayat perjalanan seseorang itu, terpaksa harus mengunduh, mengisi identitas untuk membuat akun, untuk mendapatkan barcode dimaksud. Setelah itu baru saya bebas keluar terminal dan sudah ditunggu kerabat saya.
O ya, tentang pengalaman di atas pesawat, ada yang berbeda dengan sebelum pandemi. Semua penumpang harus pakai masker dan tidak boleh makan dan minum, khusus untuk penerbangan di bawah 2 jam. Sehingga, makanan dalam kotak serta sebotol air mineral yang dibagikan pramugari, hanya boleh untuk dibawa pulang.
Bagi yang belum pernah naik pesawat sejak pandemi, tidak perlu terlalu khawatir. Tapi, kewaspadaan tetap perlu dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan dan prosedur lain yang diterapkan.Â
Perlu diingat, bagi yang sudah divaksin, tidak berarti bebas dari keharusan menunjukkan hasil pemeriksaan antigen. Mungkin masih ditimbang-timbang oleh pemerintah untuk memberlakukannya sebagai reward bagi yang divaksin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H