Hari Sabtu (20/2/2021) seharian saya berdiam diri di rumah saja. Padahal, awalnya saya dan istri berniat berbelanja rutin dua mingguan ke sebuah pasar swalayan langganan.Â
Namun, dari berita yang disiarkan sebuah stasiun televisi, saya mendapat informasi bahwa banyak sekali lokasi di Jakarta dan sekitarnya yang terkena banjir. Prakiraan cuaca yang dibacakan penyiar televisi berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Sabtu itu masih akan hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
Dan memang, pagi itu di sekitar kediaman saya di kawasan  Tebet, Jakarta Selatan, hujan masih turun, meskipun tidak terlalu lebat. Maka, saya dan istri sepakat tidak jadi ke pasar swalayan.
Lagipula, saya melihat stok makanan atau kebutuhan harian lainnya masih ada. Kalaupun ada beberapa jenis barang yang dibutuhkan, toh bisa dipesan secara daring.
Sambil menonton tayangan berita di layar kaca, sebagian di antaranya membuat saya miris melihat rumah-rumah yang hanya kelihatan atapnya serta jejeran mobil yang tenggelam, saya teringat dengan beberapa orang famili saya yang tinggal di Jabodetabek. Bagaimana ya nasib mereka?
Satu persatu saya japri, menanyakan bagaimana kondisi mereka, apakah baik-baik saja? Dari 8 keluarga yang saya hubungi, 2 keluarga mengalami banjir yang parah, 3 keluarga kena banjir di halaman rumah, dan sisanya tidak terkena  banjir, seperti juga yang saya alami.
Sedangkan jalanan di depan rumahnya, sudah mirip sungai. Rumah-rumah tetangga terlihat bagian di sekitar atap atau yang berlantai 2, hanya terlihat lantai atasnya saja.Â
Selanjutnya saya bertanya ke famili tersebut, apakah ia akan mengungsi? Ia mengatakan akan tetap di rumah, karena bisa tinggal di lantai atas. Ia juga menjawab bahwa stok makanannya masih cukup, ketika saya bertanya tentang apa yang dibutuhkannya.
Akhirnya chatting saya dengan famili yang merupakan saudara sepupu saya itu, saya tutup dengan doa agar air segera surut, dan ia sekeluarga tetap sehat walafiat.
Adapun satu keluarga lagi yang juga mengalami banjir parah, memilih untuk mengungsi di masjid. Tapi, saya tidak dapat cerita yang lengkap, karena hapenya tidak aktif lagi.