Jangan heran, hingga sekarang, masalah pengangguran dan penciptaan lapangan kerja, masih jadi problem besar di negara kita. Inilah yang biasanya laku sebagai "jualan" saat kampanye pilpres dan pilkada. Namun, pidato yang indah saat kampanye, menjadi sulit saat direalisasi.
Maka, jika seseorang mendapat pekerjaan, meskipun bukan di bidang yang disukainya, wajib disyukuri. Jika  sudah dimulai dengan rasa syukur, upayakan untuk menyukai, bahkan kalau bisa mencintai pekerjaan tersebut.
Ketemu bos yang bertubi-buti memberikan pekerjaan, sementara teman lain malah tidak diminta mengerjakannya, itu malah pertanda kita dipercaya bos. Dengan sering mendapat tugas, bukankah kita semakin menguasai pekerjaan? Dengan demikian, ada harapan besar untuk mendapat promosi.
Ketemu bos yang cuek dan tahunya hanya menagih hasil pekerjaan, itu pun sebaiknya disyukuri. Itu artinya kreativitas kita ditantang agar mampu menerjemahkan perintah bos. Jika kreativitas kita tidak memenuhi harapan bos, tinggal kita buat lagi. Apakah yang terlanjur dibuat jadi sia-sia? Tidak juga, bukankah kita jadi tahu selera si bos tentang apa yang tidak disukainya?
Intinya, jika tidak mendapatkan pekerjaan yang kita sukai, ya, berusahalah menyukai pekerjaan yang telah kita genggam. Bila bekerja dilakukan dengan sepenuh hati berdasarkan rasa suka, segalanya akan jadi mudah.
Tentu bagaimanapun juga kita harus mencari worklife balance, dengan tetap mengalokasikan waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga dan teman, serta tidak meninggalkan ibadah, berolahraga, dan istirahat yang cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H