Indonesia Lawyers Club (ILC) adalah nama sebuah program talkshow yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sesuai dengan namanya, acara yang digawangi oleh Karni Ilyas ini pada awalnya banyak mengupas masalah hukum dan kriminalitas, yang menghadirkan sejumlah narasumber yang mayoritas para lawyer (pengacara).
Namun, dalam perkembangannya, acara yang sudah tayang sejak 12 tahun lalu itu, sering mengupas topik apa saja yang lagi hot dibicarakan masyarakat. Tak heran, kalau para politisi yang berasal dari kubu yang berlawanan, berhadap-hadapan dan bahkan saling rebutan berbicara, di forum yang banyak diminati masyarakat tersebut.
Tentu saja kepiawaian Karni sebagai pembawa acara dengan bertindak netral dan memberikan kesempatan berbicara yang berimbang terhadap narasumber yang diundangnya, menjadi hal yang positif dari acara ini. Meskipun karena kenetralan itu, tak jarang diskusi berakhir tanpa kesimpulan, dalam arti para pemirsa dipersilakan menyimpulkan sendiri.
Berbagai penghargaan dari pihak yang menilai sejumlah acara televisi, khususnya untuk kategori talkshow, telah disabet oleh ILC setiap tahunnya sejak 2010. Rating yang tinggi, ternyata tidak membuat ILC langgeng untuk waktu yang amat panjang seperti acara Kick Andy yang masih bertahan sejak 2006.
Maka, ketika muncul berita bahwa pada Selasa malam (15/12/2020) menjadi episode perpisahan ILC yang ditulis Karni melalui akun Twitter-nya, tak ayal menuai beragam penafsiran. Apalagi, Karni menambahkan bahwa berdasarkan keputuan manajemen TV One (stasiun yang selama ini menayangkan acara ILC), ILC dicutipanjangkan sementara waktu.
Menjadi pertanyaan, "sementara waktu" bisa juga diartikan akan muncul lagi, tapi tidak tahu kapan, karena ada juga kata "dicutipanjangkan". Ya, kalau publik berbaik sangka, bisa jadi pihak manajemen memerlukan semacam evaluasi, sehingga nantinya akan ada format yang lebih bagus.
Jika itu murni keinginan manajemen, rasanya bisa dimaklumi. Tapi, seharusnya tidak disebut sebagai cuti panjang. Bukankah sayang acara yang banyak digemari pemirsa, dan pasti menguntungkan buat manajemen dari pemasukan iklan, ditiadakan untuk waktu yang lama? Memperbaiki format acara, bisa saja dilakukan hanya selama 2 minggu, atau paling lama 1 bulan.
Kalau dicermati, sebetulnya sukses ILC boleh juga dikatakan sebagai sebuah anomali, karena melenceng dari pakem program sejenis. Lihat saja pada diri Karni Ilyas sendiri. Ia memang wartawan senior yang lama meniti karir di Majalah Tempo.
Namun, sebagai pembawa acara, Karni tidaklah semenarik Andy F Noya, yang wajahnya lebih tampan dan volume suaranya juga lebih mantap.  Apalagi kalau disandingkan dengan wanita cantik dan cerdas seperti Najwa Shihab (host acara Mata Najwa) dan Rosiana  Silalahi (host acara Rosi di Kompas TV), terlihat Karni yang lebih tua dan sering ngos-ngosan sewaktu berbicara dengan suara parau, seperti melawan pakem itu tadi.
Anomali yang lain, ILC durasinya terlalu panjang, yakni selama 210 menit atau tiga setengah jam. Dan hebatnya, banyak pemirsa yang bertahan menunggu acara sampai selesai. Kalau begitu, kekuatan ILC memang pada pemilihan materi yang dibahas serta narasumber yang kompeten dan mewakili berbagai pihak yang terlibat dalam polemik yang diangkat.
Bisa dikatakan bahwa penonton ILC memang mereka yang punya perhatian terhadap berbagai persoalan bangsa, karena itulah yang dikupas oleh narasumber. Perlu diingat, beberapa tahun terakhir ini, masyarakat seperti terbelah dalam menyikapi berbagai isu yang ramai diperbincangkan.