Jadi, unit kerja yang berkontribusi mencari keuntungan, lebih dihargai ketimbang yang mengurus soal administrasi. Kalau dulu, jika kepala bagian administrasi dijabat oleh seorang yang senior, maka karena pangkatnya sudah tinggi (sebagai hasil dari kenaikan pangkat setiap empat tahun), gajinya lebih tinggi dari kepala cabang yang masih berusia muda. Padahal, kepala cabang adalah unit kerja pencetak laba.
Dengan sistem penggajian yang baru, seorang karyawan tidak bisa lagi cari aman dengan selamanya di kantor pusat. Kecuali kalau memang ingin mentok karirnya di level tertentu. Soalnya, bila ingin naik gajinya, si karyawan harus mampu meningkatkan kompetensinya dan diusulkan oleh atasannya untuk dipromosikan menduduki jabatan yang lebih tinggi yang bisa saja di luar kantor pusat.
Kemudian si karyawan yang diusulkan tersebut akan diases oleh tim asesor untuk memastikan kompetensi yang dipunyainya serta dilihat apakah cocok dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk menduduki sebuah jabatan tertentu. Bila dinilai cocok, barulah si karyawan dipromosikan, dan seiring dengan kenaikan jabatannya, naik pula gajinya.
Nah, sekarang kembali ke soal pegawai negeri. Menyamakan pola penggajian pegawai negeri dengan meniru pola yang diterapkan oleh sebuah perusahaan, belum tentu tepat, karena visi dan misinya sangat berbeda. Perusahaan jelas tujuannya mencari untung, sedang tugas pegawai negeri adalah sebagai abdi negara.
Pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat menjadi tugas utama bagi kebanyakan pegawai negeri. Kemudian, tugas di masing-masing kementerian, punya spesifikasi yang berbeda jauh, serta tidak bisa disamaratakan.
Tanpa mengurangi rasa hormat pada pegawai Kementerian Keuangan yang bertugas mencari uang, rasanya tugas di Kementerian Kesehatan dan juga Kementerian Pendidikan tidak kalah pentingnya. Bahkan, pegawai yang berjuang dalam kesunyian seperti di kementerian yang mengurusi lingkungan hidup, juga punya peran vital demi kesinambungan pembangunan.
Bagaimanapun juga, rencana pemerintah mengubah sistem penggajian, pantas untuk dihargai. Tinggal dilihat nanti seperti apa polanya, mudah-mudahan menjadi alat yang bisa memotivasi semua pegawai untuk bekerja lebih giat ketimbang sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H