Saya pernah punya pengalaman menjadi anggota tim asesor di tempat saya bekerja, sebuah BUMN yang bergerak di bidang keuangan. Tugasnya adalah menilai apakah seorang pekerja yang sudah memenuhi persyaratan tertentu, dapat direkomendasikan untuk dipromosikan menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Ada tiga jenis atau tiga tahap penilaian yang harus dilalui oleh peserta yang diases, yakni melakukan in-basket exercise, diskusi kelompok, dan wawancara individu. Pada tulisan saya kali ini, saya fokus membahas penilaian atas diskusi kelompok.
Pada awalnya, kepada semua peserta dalam satu kelompok yang terdiri dari 5 hingga 6 orang, dibagikan lembaran soal. Isinya berupa sebuah kasus yang dihadapi perusahaan. Biasanya kasusnya bersifat spesifik yang terjadi di sebuah kantor cabang, yang dilengkapi dengan data kinerja keuangannya selama tiga tahun terakhir.
Terhadap masalah yang tertera pada lembar soal itu, peserta diminta membaca dulu secara teliti, kemudian menuliskan pendapatnya berupa beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah. Berikutnya, dari daftar solusi tersebut, peserta diminta memberi nomor urut dari alternatif yang paling utama sampai yang kurang begitu penting, berikut dengan alasannya.
Setelah masing-masing peserta menuliskan jawaban, baru masuk ke tahap diskusi kelompok. Peserta duduk berhadap-hadapan, sebagian di sebelah kiri dan sebagian di sebelah kanan. Di depan disediakan papan tempat menggantungkan beberapa lembar kertas putih kosong, bila nantinya dibutuhkan dalam diskusi untuk menuliskan sesuatu memakai spidol.
Tugas asesor hanya mengamati dan mencatat. Perlu diketahui, kelompok kecil itu tidak punya ketua kelompok. Jadi, siapa yang akan mengambil inisiatif untuk memulai percakapan dan bertindak seolah-olah ketua, akan muncul dengan sendirinya. Demikian pula siapa yang berinisiatif menjadi juru tulis di kertas putih di depan tadi, akan muncul dengan sendirinya.
Tentu peserta yang inisiatifnya tinggi mendapat nilai tersendiri, karena ini menjadi salah satu kompetensi yang harus dilihat. Yang punya jiwa kepemimpinan biasanya akan berinisiatif memimpin diskusi. Yang punya perhatian terhadap dokumentasi atau akurasi dan kualitas data, berinisiatif menuliskan jawaban anggota kelompok.
Masalahnya, jika satu anggota terlalu dominan dan yang lain bersifat pasif, gampang ditebak, diskusi akan sangat lancar dan pendapat yang diterima adalah pendapat anggota yang mendominasi diskusi. Bayangkan bila ada banyak peserta yang sama-sama aktif, jelas akan alot untuk mendapatkan kesepakatan.
Kesepakatan yang harus dihasilkan berupa alternatif solusi yang telah diberi nomor urut seperti yang ditulis di lembar jawaban masing-masing peserta. Tapi, yang kali ini berupa kesepakatan kelompok setelah mereka berdiskusi.Â
Sepanjang diskusi akan terlihat siapa yang lebih banyak mempengaruhi dalam arti nantinya pendapat kelompok lebih diwarnai atau mirip dengan jawabannya secara individu di lembar jawaban. Jangan lupa, kemampuan mempengaruhi orang lain adalah salah satu kompetensi yang penting dalam meniti karir atau dalam mencari pelanggan perusahaan.
Kemampuan seseorang untuk mengarahkan orang lain secara tidak memaksa dengan tingkat kematangan emosi yang baik, juga merupakan bagian dari kompetensi kepemimpinan. Ini menjadi salah satu indikator untuk memprediksi apakah seseorang layak dipromosikan.