Ekspresi gembira dari ibu guru yang diwawancarai Jokowi, seperti mewakili perasaan masyarakat Sumbar, Â bahwa mereka gembira mendapat kehormatan disapa langsung oleh presiden. Artinya, tidak memilih Jokowi, bukan berarti membenci. Tak setuju dengan ucapan Puan, bukan berarti tidak setuju dengan presiden.
Bisa jadi yang dipilih guru di kota Padang yang merupakan ibu kota provinsi, bukan dari kota yang lebih kecil, karena warga kota besar lah yang lebih kritis. Jadi, bila warga kota Padang saja sangat gembira dengan perhatian khusus dari presiden, tentu juga bisa ditafsirkan warga kota-kota lain di Sumbar, kurang lebih seperti itu juga.
Harapannya, situasi kebatinan masyarakat Sumbar kembali sejuk, kembali produktif bekerja di bidang masing-masing, dan tidak lagi menghebohkan soal ucapan Puan.
Pertanyaan lainnya, kenapa presiden vc dengan ibu guru, bukan bapak guru? Ini gampang ditebak, karena mayoritas guru memang ibu-ibu, bukan bapak-bapak. Lagi pula ibu-ibu mungkin lebih tajam penghayatannya terhadap kesulitan yang ditemuinya dalam PJJ.
Selanjutnya, mungkin juga ada yang bertanya, kenapa guru SMP yang dipilih, bukan guru SD dan bukan pula guru SMA atau SMK? Kalau ini, sekadar dipas-paskan, karena SMP jenjang pendidikan yang di tengah. Anak SD boleh jadi terlalu kompleks masalahnya karena berkaitan dengan keterlibatan orang tua sebagai guru dadakan, sedangkan anak SMA dinilai mampu mencari solusi atas kesulitannya dalam PJJ.
Terlepas dari berbagai pertanyaan di atas, siapapun yang melihat rekaman saat presiden vc dengan guru di Padang tersebut, pasti sependapat, adegannya menyejukkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H