Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman sewaktu menjadi anggota tim penilai bagi pekerja yang mau dipromosikan di perusahaan tempat saya bekerja, sebuah BUMN yang bergerak di bidang keuangan.
Tentu saya tidak ujuk-ujuk jadi asesor, karena banyak juga teman yang jabatannya satu level dengan saya, tapi tidak terpilih menjadi asesor. Saya harus mengikuti pelatihan dulu dan lulus dalam ujian praktik yang dinilai oleh konsultan bidang sumber daya manusia yang sudah punya nama besar di level Asia Tenggara.
Salah satu metode yang digunakan dalam memilih para pekerja yang layak dipromosikan adalah melakukan wawancara kompetensi. Dalam hal ini, tim asesor terdiri dari 3 orang, saling bergantian bertanya terhadap seorang asesi (pekerja yang diases).Â
Ada 12 kompetensi yang harus diidentifikasi oleh asesor, apakah si asesi mempunyai semua kompetensi atau mempunyai sebagian saja. Kalau memang mempunyai, harus ditentukan pula pada level kedalaman berapa, karena nanti akan diberi skor, untuk menetapkan hasil akhir yang direkomendasikan tim asesor.
O ya, dalam asesemen, tak ada istilah lulus atau tidak lulus. Hanya ada kategori layak direkomendasikan untuk promosi, masih dapat direkomendasikan, dan belum dapat direkomendasikan.Â
Mereka yang belum direkomendasikan bukan berarti tidak lulus, tapi kompetensi yang dipunyainya belum cocok dengan kompetensi jabatan yang dituju. Untuk itu, mereka perlu mengembangkan kompetensi tertentu di masa datang.
Nah, untuk tulisan ini, saya fokus membahas tiga kompetensi yang berkaitan dengan pemikiran (thinking), yakni pemikiran analitis, pemikiran konseptual, dan pemikiran strategis.Â
Definisi dari pemikiran analitis adalah memahami sesuatu (kondisi, situasi, atau masalah) dengan cara menguraikan masalah tersebut menjadi beberapa bagian kecil atau melacak implikasi dari situasi tersebut secara bertahap.Â
Dengan demikian, akan jelas hubungan sebab dan akibatnya, sekaligus mengetahui penyebab utama dari masalah dan penyebab ikutan yang terjadi akibat munculnya penyebab utama.
Mereka yang memiliki pemikiran analitis yang mendalam mampu memetakan masalah yang kompleks dan multidimensi menjadi lebih sederhana, sehingga lebih gampang menyusun alternatif pemecahan masalah, sekaligus memutuskan alternatif mana yang akan dipilih.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemikiran konseptual adalah kebalikan dari pemikiran analitis. Dari berbagai hal yang terpencar-pencar, yang pada awalnya terlihat beragam tanpa kaitan yang jelas, dapat diidentifikasi pola hubungan serta kecenderungannya sebagai sebuah gambaran yang komprehensif. Tahap berikutnya bisa berlanjut dengan melahirkan konsep baru atau menyempurnakan konsep yang sudah ada.