Pada tanggal 28 Agustus 2020 lalu, di area Kesongo, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, terjadi bencana mud volcano atau semburan lumpur panas. Bencana itu memakan korban dengan terkuburnya 17 ekor kerbau (bbc.com. 29/8/2020).
Fenomena mud volcano tersebut tidak terlepas dari faktor bahwa pulau Jawa merupakan bagian dari jalur gunung api yang sangat aktif (ring of fire).Â
Menurut seorang ahli geologi, Angga Jati Widiatama, dari Semarang hingga Sidoarjo (Jawa Timur) merupakan batas lempeng mikro kontinen Jawa Timur yang ada di selatan.
Karena batas lempeng, maka menjadi titik lemah, banyak patahan atau sesar. Patahan ini yang bisa menjadi jalan keluar dari mud volcano, kata Angga. Di Blora sendiri, menurut keterangan warga desa Gabusan, fenomena alam tersebut sudah sering terjadi, tapi tidak sebesar yang terjadi akhir Agustus lalu.
Berita tentang lumpur Blora hanya sebentar saja mendapat tempat di media massa. Padahal, kewaspadaan masyarakat yang dikoordinir oleh badan penanggulangan bencana di daerah setempat, sangat diperlukan, mengingat kondisi ring of fire yang sewaktu-waktu bisa meletus lagi.
Berbicara tentang semburan lumpur, tentu yang paling diingat oleh masyarakat adalah bencana lumpur Lapindo, sebuah peristiwa besar yang terjadi pada 29 Mei 2006 silam di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Â Meskipun demikian, karena sudah terjadi 14 tahun lalu, mungkin sudah banyak warga yang melupakannya.Â
Tapi tidak demikian dengan puluhan ribu warga yang tergusur gara-gara bencana Lapindo. Bencana di Blora, bila dibandingkan dengan Lapindo, sangat jauh berbeda. Bencana Blora semata-mata fenomena alam, sedangkan Lapindo, ada kaitannya dengan kesalahan manusia.
Dari berita republika.co.id (27/4/2011), disebutkan  bahwa ada 9 RT di Porong, Sidoarjo, yang melalui Kepres ditetapkan sebagai wilayah terdampak Lapindo, dan masih ada 45 RT lagi yang menunggu Kepres serupa. Artinya, semuanya ada 54 RT yang terdampak.
Perlu diketahui, di kawasan yang sekarang tertutup lumpur tersebut, sebelumnya merupakan pemukiman yang padat penduduk, serta salah satu area sentra industri di Jawa Timur, yang ditandai dengan adanya sejumlah pabrik, maupun industri berskala UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah).
Tentu dapat dibayangkan, betapa besar dampak kerugian gara-gara semburan lumpur Lapindo yang tidak terbendung itu. Bahkan, beberapa ruas jalan raya, jalan tol, dan jalur kereta api, ikut terdampak.
Kemudian terkait dengan penyebab lumpur, seperti ditulis oleh bbc.com (12/2/2010), dalam sebuah makalah yang diterbitkan jurnal Marine and Petroleum Geology, sekelompok pakar yang dipimpin oleh Universitas Durham, Inggris, menyatakan ada petunjuk bahwa pengeboran gas menjadi penyebab menyemburnya lumpur Sidoarjo.