Yang jadi masalah adalah bila kebablasan berbelanja dengan menggunakan limit maksimal, lalu setiap bulan hanya melakukan pembayaran secara cicilan. Jika cicilan dengan bunga nol persen, masih lumayan bagus. Tapi kebanyakan bank mengenakan bunga yang besar terhadap sisa tagihan yang belum dilunasi.
Saya sendiri setiap ada tawaran untuk melakukan cicilan dengan bunga nol persen, selama ini belum tergiur. Meskipun saya tahu, secara matematis saya rugi bila tidak memanfaatkannya. Tapi saya khawatir, lama-lama akan membuat saya kecanduan, sehingga akan berbahaya bagi saya bila berbelanja menjadi hobi baru.
Mau dikenakan bunga atau tidak, pada dasarnya punya utang itu bagi saya tidak nyaman. Saya hanya mentolerir berbelanja dengan kartu kredit sebagai bentuk kepraktisan saja, dan segera melunasi semua belanja dengan kartu kredit itu pada bulan berikutnya sesuai tanggal jatuh tempo tagihan.
Namun demikian, bagi mereka yang tertarik memanfaatkan program cicilan tanpa bunga, tidak ada salahnya, sepanjang telah dipikirkan dengan matang. Kuncinya ada pada kedisiplinan membayar cicilan, sehingga tidak menimbulkan tunggakan yang pasti akan dikenakan bunga dan denda.Â
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan berubahnya pola belanja. Untuk itu jangan menganggap dengan dibolehkan mencicil, berarti punya anggaran lebih untuk berbelanja lagi. Inilah memang yang diharapkan pihak bank yang bekerjasama dengan outlet tempat berbelanja.Â
Kalau terjebak dengan memperbanyak belanja lagi, yakinlah, lama kelamaan, tanpa disadari, jumlah cicilannya pun akan membengkak. Nah, ketika akhirnya tidak mampu membayar cicilan secara tepat waktu, justru jumlah tagihan makin menggila karena bertambah dengan bunga dan juga denda.
Idealnya, dengan dibolehkannya mencicil, maka uang yang tadinya dialokasikan untuk membayar penuh, bisa masuk ke pos tabungan. Pos tabungan ini, jika telah sampai jumlah tertentu, sebaiknya diinvestasikan, misalnya membeli emas, ditempatkan sebagai deposito di bank, atau membeli surat berharga seperti obligasi yang diterbitkan pemerintah.Â
Dari investasi tersebut diharapkan akan mendapatkan imbalan, sehingga lama-lama terakumulasi menjadi jauh lebih banyak. Prinsipnya, berbelanjalah sesuai kebutuhan, tekan utang sekecil-kecilnya, dan perbanyak investasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H