Menurut teman-teman saya yang rutin naik KRL, soal penuh sesaknya pada jam sibuk, masih tidak terhindarkan. Tapi memang diakui kalau sekarang lebih aman, lebih nyaman dan lebih tepat waktu.
Solusi agar penumpang tidak lagi berdesak-desakan adalah dengan memperbanyak jumlah perjalanan pada jam-jam sibuk. Kalau yang saya lihat kemaren, saya yang pas masuk peron melihat kereta ke arah utara baru saja berangkat, perlu menunggu 10 menit untuk naik kereta berikutnya.Â
Maka bila interval waktu tunggu bisa diperpendek menjadi sekitar 5 menit khusus pada pagi dan sore hari, akan semakin nyaman buat penumpang.
Berbicara tentang transportasi publik dalam kota Jakarta dan sekitarnya, berarti sekarang ada banyak moda. Dari KRL, LRT, MRT, hingga Bus Transjakarta, semuanya tergolong baik dan membuat Jakarta tidak terlalu ketinggalan dibandingkan kota-kota besar di luar negeri.
Saya lumayan sering naik Transjakarta yang membuat saya bisa mengubur kenangan saat dulu naik Kopaja dan Metromini versi awal, yang kalau penumpang berdiri harus merunduk, karena langit-langitnya yang rendah.
Satu-satunya moda transportasi dalam kota dari generasi lama yang saya rindukan adalah bus tingkat. Sebetulnya sekarang juga ada, tapi khusus untuk rute destinasi wisata, dengan jumlah kendaraan yang relatif sedikit.
Upaya pemerintah dan pihak penyedia jasa transportasi untuk menambah kuantitas dan kualitas transportasi publik, perlu direspon positif oleh masyarakat.Â
Cara mendukungnya adalah dengan beralih dari menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat, menjadi penumpang salah satu dari moda transportasi di atas.
Dengan demikian kemacetan di Jakarta akan jauh berkurang dan sekaligus kualitas udara juga lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H