Sedangkan kalau jadi karyawan, tahu sendiri bagaimana tertekannya bila berada di bawah bos yang bergaya otoriter, pemarah, dan main perintah tanpa mau mendengar keluhan anak buah.
Coba saja lihat bagi yang tinggal di Jabodetabek. Betapa sejak subuh mereka yang tinggal di pinggir kota sudah memenuhi jalan raya atau berdesak-desakan di dalam kereta api, takut terlambat sampai di tempat kerja. Ada risiko dipotong gaji bila telat datang.
Demikian pula saat pulangnya, ketika matahari sudah terbenam. Jadi banyak sekali warga Jabodetabek yang tidak melihat matahari, dan menjadi tua di jalan yang macetÂ
Sedangkan seorang "raja" yang punya bisnis sendiri, bebas menentukan jam kerjanya. Bahkan banyak yang berbisnis secara online dari rumah saja. Tak perlu berpakaian rapi, pakai sarung pun boleh.
Maka kita perlu angkat topi untuk kesuksesan Nadiem Makarim yang merintis Gojek menjadi penyedia aplikasi yang sudah tergolong unicorn yang nilai perusahaannya mencapai triliunan rupiah.
Pencipta aplikasi MeMiles juga tak kalah kreatif. Hanya saja MeMiles kreatif di jalan yang salah, sehingga sekarang diusut oleh Polda Jawa Timur, karena diduga menjalankan praktik investasi bodong.
Kembali ke Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire, jika melihat pakaian yang melekat di tubuh raja, ratu dan para pembantunya, tak dapat dipungkiri, ini hasil kreativitas.
Sehingga banyak suara yang mengusulkan agar pihak kepolisian tidak memusnahkan pakaian dan atribut kerajaan dari Keraton Agung Sejagat, yang raja dan ratunya sudah ditahan.
Bahkan, tidak tahu bercanda atau tidak, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seperti yang terlihat dari tayangan berita salah satu stasiun televisi, menyatakan ingin tahu siapa penjahit pakaian kerajaan tersebut.
Sayangnya kreativitas Keraton Agung Sejagat berada di jalan yang salah. Berbeda dengan "raja karnaval" Dynand Fariz. Perancang busana terkenal yang sudah berpulang ke rahmatullah tahun 2019 lalu itu adalah perancang dan pendiri Jember Fashion Carnaval, event tahunan sejak 2003.
Kesuksesan karnaval di Jember yang sudah berskala internasional tersebut telah menular ke banyak kota di tanah air. Jelaslah betapa besar dampak positif dari kreativitas seorang Dynand Fariz, dan amat layak disebut "raja karnaval".
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!