Salah satu kegemaran saya adalah menonton film di bioskop. Tapi sejak beberapa tahun terakhir ini, saya sering ke bioskop berdua saja sama istri.Â
Anak-anak saya yang juga suka ke bioskop, sejak mereka duduk di bangku SMA, mulai malas kalau diajak oleh orang tuanya. Tidak saja karena jenis film yang disukai berbeda, tapi juga karena mereka lebih senang pergi bersama teman-temannya.
Biasanya saya agak khawatir, terutama terhadap anak bungsu saya yang satu-satunya perempuan dari tiga bersaudara, bila sampai jam 10 malam belum sampai di rumah, meskipun sudah dari siang pergi ke mal dengan teman-temannya untuk menonton film.
Tapi Sabtu (11/1/2020) malam lalu, entah angin apa yang membawa pesan, ke tiga anak saya kompak mengajak saya dan istri untuk menonton film nasional yang tengah booming saat ini, yang berjudul "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" atau disingkat dengan NKCTHI.Â
Film yang berasal dari novel dengan judul yang sama itu, belum saya ketahui bercerita tentang apa, karena saya memang tidak membaca novelnya.
Tapi untunglah karena saya rutin membaca tulisan di Kompasiana, dari tulisan beberapa teman kompasianer, saya tahu NKCTHI termasuk film yang direkomendasikan untuk ditonton, baik untuk orang tua, maupun anak-anak yang sudah remaja.
Soalnya, tema besarnya adalah tentang komunikasi antar orang tua dan anak. Cinta orang tua yang dikomunikasikan secara tidak tepat, malah diterima sebagai bentuk pengekangan yang membuat anak-anak tidak nyaman.
Oke, saya dan istri menerima ajakan anak-anak saya dan siap untuk dihakimi mereka apabila saya dianggap sebagai ayah yang tidak mampu berkomunikasi dengan anak-anak seperti tokoh ayah di NKCTHI.
Saya akui bahwa beberapa kali anak saya pernah menunjukkan "perlawanan" dengan mengatakan bahwa ia sudah besar, jangan dianggap anak-anak terus.Â
Ternyata ucapan seperti itu muncul di film NKCTHI. Ya, untuk beberapa hal memang ada kesamaan antara pengalaman saya dengan tokoh ayah di film tersebut.
Tapi secara umum saya merasa tidak separah si ayah di NKCTHI. Soalnya si ayah membeda-bedakan perlakuan terhadap ketiga anaknya. Anak sulung dibebani tugas mengawal adik-adiknya, terutama si bungsu, bahkan sampai si bungsu sudah bekerja.Â