Kalau ojek online disingkat dengan ojol, boleh dong taksi online saya singkat dengan taksol. Begini ceritanya, saat saya mengetik tulisan ini saya lagi menunggu pesanan taksol dari rumah saya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ke kantor pusat sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jalan Sudirman Jakarta Pusat.
Biasanya kalau saya naik taksi biasa yang memakai argometer, saya terkena ongkos di kisaran Rp 40.000 hingga Rp 50.000. Jika dalam kondisi yang lebih macet tentu tarifnya lebih mahal. Namun dalam kondisi hujan sekalipun, jarang sekali, bahkan seingat saya belum pernah, yang sampai merogoh kocek hingga Rp 100.000.
Memang biasanya dalam kondisi hujan, asal jalan raya yang dilewati tidak terkena banjir, masalah taksi bukan soal tarifnya, namun ketersediaan taksinya. Soalnya, banyak pengemudi taksi yang menunggu hujan reda, baru mencari penumpang lagi.
Baru setelah hujan agak reda, kendaraan pribadi memenuhi jalan raya dan macet parah pun tak terhindarkan lagi. Dalam kondisi begitu, tarif taksi berargometer, bisa berlipat dua karena dalam kondisi tidak bergerak, argo tetap berjalan.Â
Nah, pagi ini, Kamis (9/1/2020), pas mau keluar rumah, hujan turun meskipun tidak begitu deras. Saya coba buka salah satu aplikasi yang menyediakan fasilitas pemesanan taksol.
Terlihat harga di layar hape saya Rp 80.000. Dalam hati saya berkomentar, kok mahal sekali? Saya coba buka aplikasi dari perusahaan pesaingnya, eh malah Rp 96.000.
Oke, saya tarik nafas, dan berharap hujan mereda untuk mencari taksi biasa yang mangkal tak jauh dari rumah saya. Soalnya di dekat taman, ada tukang soto yang jadi langganan sarapan sopir taksi.
Biasanya pas saya ke sana ada saja sopir yang baru selesai sarapan dan siap melayani penumpang. Namun kali ini harapan saya tidak terkabul, hujan semakin deras, dan saya malas keluar rumah memakai payung.
Saya mantapkan memesan taksol saja, mau yang tadi, yang bertarif Rp 80.000. Tapi begitu saya mau pesan, ampun, sekarang naik jadi Rp 99.000. Apa boleh buat, meskipun ngedumel, saya tetap memesan.
Sebetulnya saya bisa memahami, atau paling tidak mencoba untuk memahami rasionalitas pembentukan tarif taksol, termasuk ojol.
Bagi yang pernah belajar ilmu ekonomi, tentu mengetahui hukum paling mendasar yang disebut dengan hukum permintaan dan penawaran.