Kalau tidak karena ulah provokasi kapal-kapal nelayan yang dikawal Coast Guard China yang memasuki wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan Kepulauan Natuna, maka mungkin sebagian besar rakyat Indonesia tidak ingat dengan salah satu wilayah terluar kita itu.
Padahal sebenarnya kalau titik pandangnya di balik, Natuna bukankah wilayah terluar, justru terdepan, karena di sebelah utaranya langsung berbatasan dengan perairan Vietnam dan Kamboja.
Uniknya kalau dilihat secara geografis, Natuna justru terletak di tengah antara Malaysia bagian barat di wilayah semenanjung dan Malaysia bagian timur yang masuk Pulau Kalimantan.Â
Artinya Natuna itu diapit oleh lautan Malaysia dan hanya sebelah selatan saja yang perairannya langsung tersambung dengan wilayah Indonesia lainnya.
Jika bukan karena faktor sejarah di mana dulunya Natuna berada di bawah penjajahan Belanda, sangat mungkin Natuna sekarang ini menjadi bagian dari negara Malaysia.
Karena Natuna berada di tengah lautan luas, nasibnya tidak secerah pulau Batam yang sama-sama masuk Provinsi Kepulauan Riau, namun karena hanya "sepelemparan batu" dari Singapura, Batam sengaja digenjot kemajuannya.
Tahun 2018, pernah ada film nasional yang sebagian besar lokasi syutingnya dilakukan di Natuna. Tentu saja keindahan alam Natuna yang sangat memikat jadi terangkat ke layar lebar.
Filmnya berkisah tentang seorang tentara yang ditugaskan di Natuna, kemudian jatuh hati dan menikah dengan gadis Natuna. Jelita Sejuba, itulah judul film yang menceritakan suka duka istri seorang prajurit.
Laskar Pelangi ditonton oleh jutaan penonton, bahkan juga diputar di luar negeri. Mereka yang terpesona dengan keindahan alam Belitung seperti terlihat di film, kepincut ingin berkunjung.
Bila dilihat dari berbagai foto yang tersebar di berita daring, ternyata alam Natuna tak kalah dengan Belitung yang ditandai oleh banyaknya batu-batu besar di pinggir pantai. Lihat saja pada foto di Batu Sindu di bawah.