Nah, di sinilah hebatnya Pahala. Ia seperti menantang diri sendiri agar berhasil memimpin BTN dengan mempertaruhkan uangnya sejumlah Rp 1 miliar. Hal ini bisa juga dibaca sebagai promosi agar publik jangan takut membeli saham BTN.
Memang Rp 1 miliar bukan jumlah yang besar kalau dibandingkan dengan rata-rata penghasilan selama satu tahun bagi seorang direktur utama sebuah bank milik negara, baik yang berasal dari gaji, tunjangan, bonus, atau fasilitas lainnya.
Namun yang perlu diapresiasi adalah rasa percaya diri Pahala. Tentu ia sudah memetakan berbagai masalah di BTN dan yakin dengan prospeknya yang cerah di masa mendatang. BTN memang tidak terlepas dari target ambisius pemerintah untuk membiayai pengadaan rumah bagi jutaan warga golongan menengah ke bawah.
Maksudnya, bila Pahala dan jajarannya berhasil membangun BTN menjadi lebih baik, logikanya akan meningkatkan harga saham BTN, dan Pahala akan menangguk keuntungan dari uang yang "dipertaruhkannya" dalam bentuk saham itu. Sebaliknya, bila Pahala gagal memperbaiki kinerja BTN, harga saham akan anjlok, dan aset saham Pahala juga akan tergerus.Â
Tentu naik turunnya harga saham tidak semata-mata dari faktor kinerja perusahaan, namun juga karena pengaruh faktor global, kebijakan pemerintah, dan bahkan juga faktor psikologis para investor.
Lagipula sejauh ini yang menjadi penggerak harga saham di Indonesia adalah para investor asing. Bila mereka ramai-ramai masuk, maksudnya memborong saham di BEI, harga akan melejit, dan akan terjun harganya bila mereka berbondong-bondong melakukan aksi jual.
Namun paling tidak seperti telah disinggung di atas, Pahala telah melempar sinyal ke pasar, bahwa Kementerian BUMN tidak salah memilihnya menjadi Direktur Utama BTN. Pahala merasa siap untuk memajukan BTN yang sekaligus berarti siap untuk menaikkan market capitalization BTN di BEI melalui kenaikan harga sahamnya.
Bila sampai sekarang ini kinerja keuangan BTN masih tertinggal dari saudara-saudaranya bank BUMN lain yakni BNI, BRI dan Bank Mandiri, maka ke depan tampaknya jarak ketertinggalan itu makin mengecil.Â