Namun menurut penilaian Achsanul Qosasi, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Direksi TVRI telah melakukan restrukturisasi organisasi, penyelesaian utang, revitalisasi aset dan inventaris, memperbaiki laporan keuangan, dan menjalin kerja sama dengan pihak lain secara transparan dan akuntabel.
Sedangkan di mata masyarakat, tentu dalam menilai apakah ada perbaikan di TVRI atau tidak, lebih gampang melihat indikatornya. Lihat saja apakah tayangan TVRI cukup memikat atau membosankan.
Helmy Yahya dan jajarannya memang dihadapkan pada kendala anggaran yang kecil untuk memproduksi tayangan yang bisa bersaing dengan stasiun televisi swasta papan atas.
Tapi paling tidak saat ini acara sepak bola di TVRI mulai sering ditayangkan, antara lain pertandingan Liga Inggris. Saat SEA Games yang lalu, TVRI rutin melakukan siaran langsung dari berbagai venue.
Acara kuis yang edukatif tampil tiap malam. Acara musik lumayan sering, meskipun sebagian adalah siaran ulang. Yang menonjol, bagi yang ingin mendapatkan informasi dari berbagai daerah, termasuk liputan seni dan budayanya, TVRI pantas disimak.
Namun bagi penggemar sinetron dan tontonan dari ajang lomba pencarian bakat, TVRI belum bisa memenuhinya. Padahal lebih dari 20 tahun lalu, TVRI punya drama serial yang fenomenal yang berjudul "Losmen".
Bagi publik, bagaimanapun juga kisruh di TVRI harus cepat diselesaikan. Sempat terbetik kabar bahwa Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate akan melakukan mediasi atas kisruh tersebut (wartaekonomi.co.id, 12/12/2019).
Sayangnya sampai sekarang tak jelas apakah mediasi itu  telah terlaksana atau belum? Kalau sudah, bagaimana hasilnya? Semoga LPP TVRI tetap bisa beroperasi secara baik dengan menayangkan program yang menghibur dan edukatif yang menggambarkan keberagaman di negara kita tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H