Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Arti Kehadiran Anies Baswedan di Panggung Reuni PA 212

3 Desember 2019   00:07 Diperbarui: 3 Desember 2019   00:24 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan Aksi 212 adalah gerakan yang melibatkan massa yang besar, yang bermula pada aksi berkumpul bersama di Lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta pada tanggal 2 Desember 2016. 

Makanya simbol tanggal 2 Desember  atau tanggal 2 bulan 12, diambil sebagai nama aksi massa ini. Peserta 212 boleh dibilang sebagai mewakili aspirasi sebagian umat Islam di tanah air, terutama dari Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

Meskipun Aksi 212 mengklaim sebagai gerakan moral, namun tak dapat dipungkiri ada gerakan politik di balik itu. Bukankah gerakan ini berawal dari momentum hingar bingar pilkada DKI Jakarta?

Toh, terlepas dari seberapa besar kontribusinya,  keberhasilan menaikkan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta dan sekaligus menghentikan langkah Ahok yang dituduh melakukan penistaan agama, adalah salah satu hasil gerakan ini.

Apakah setelah itu aksi 212 sudah berakhir? Ternyata masih berlanjut dengan menyebut dirinya sebagai "Persaudaraan Alumni 212" atau PA 212 yang pada momen tertentu kembali berkumpul bersama alias melakukan reuni.

Namun ketika berlangsung pilpres 2019, Alumni 212 gagal membawa Prabowo menduduki kursi Presiden RI, sehingga ada yang berpendapat gerakan ini mulai melemah. Sebagian di antaranya berbalik mendukung Jokowi karena ada KH Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden.

Anies Baswedan, Fadli Zon, dan Hidayat Nur Wahid terlihat hadir pada reuni PA 212 kali ini, Senin (2/12/2019) yang juga memilih halaman Monas sebagai tempat berkumpul. 

Tapi mengingat Fadli dan Hidayat adalah anggota DPR masing-masing dari Gerindra dan PKS, maka hanya Anies menjadi satu-satunya pejabat eksekutif yang hadir. 

Tak jelas apakah memang hanya Anies yang diundang atau ada pejabat lain yang diundang tapi tidak bisa datang. Bahkan mungkin juga ada pejabat yang "alergi" dengan PA 212.

Soalnya, diakui atau tidak, sebetulnya PA 212 kurang disukai oleh pemerintah saat ini. Tapi  atas nama demokrasi tidak mungkin dilarang bila PA 212 melakukan reuni. Hanya perlu diawasi saja agar acaranya tetap tertib.

Bisa jadi kurang bagusnya hubungan PA 212 dengan pemerintah berkaitan dengan keberadaan Habib Rizieq Shihab (HRS) yang merupakan figur sentral di PA 212. 

HRS sendiri sudah sekian lama bermukim di Arab Saudi. Namun pesannya yang telah direkam tetap berkumandang pada Reuni PA 212.

Anies seperti terlihat pada foto di atas, datang ke acara reuni dimaksud berbaju coklat muda khas seragam PNS, bukan baju putih yang dipakai oleh anggota PA 212.

Adakah arti simbol baju yang berbeda itu? Mungkin maksudnya agar massa tahu posisi bahwa ia gubernur untuk semua warga DKI Jakarta, bukan anggota PA 212 yang ber-KTP Jakarta saja.

Menyerap aspirasi PA 212 tentu perlu dilakukan Anies, sebagaimana ia juga menyerap aspirasi kelompok masyarakat lainnya.

Makanya seperti yang terlihat dari siaran berita Kompas TV, Senin pagi (2/12/2019), dalam pidato sambutannya pada acara reuni PA 212 tersebut, Anies antara lain menekankan pentingnya merawat keberagaman yang tumbuh di negara kita.

Apakah pesan Anies di atas bisa ditafsirkan bahwa ia tak ingin politik identitas terlalu dikedepankan, karena berpotensi memecah belah bangsa? 

Mudah-mudahan tafsiran itu betul. Meskipun Anies menang pada pilkada DKI Jakarta dua tahun lalu diduga karena memainkan politik identitas, sebaiknya ke depan cara-cara demikian tidak lagi ditonjolkan, termasuk bila misalnya Anies ikut maju bertarung dalam pilpres 2024.

Apapun juga, arti yang pasti dari kehadiran Anies Baswedan dalam ajang reuni PA 212 kali ini adalah menunjukkan bahwa Anies bukan kacang yang lupa dengan kulitnya.

Barangkali bila Anies menjadi salah satu capres pada pilpres 2024, dukungan dari PA 212 tetap diharapkannya, meskipun itu saja belum cukup. Anies harus pula mencari dukungan dari kelompok masyarakat lain, kalau ingin menjadi presiden berikutnya. 

Tapi dari pada sibuk mencari dukungan, sebetulnya yang perlu dilakukan Anies hanyalah bagaimana agar sukses membangun Jakarta, lebih sukses dibandingkan gubernur pendahulunya.

Dengan kesuksesan tersebut, diyakini dukungan dari berbagai kelompok masyarakat akan mengalir dengan sendirinya.

Dok. Suara.com
Dok. Suara.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun