Apakah si satpam tak kenal wajah sang tokoh? Jika si satpam sering menonton televisi atau membaca di media massa, harusnya hafal dengan wajah yang sangat populer itu.
Namun kenal atau tidak kenal bukan menjadi hal yang relevan. Direktur utama pengelola bandara pun, bila terbang seharusnya tetap diperiksa oleh satpam yang notabene adalah anak buahnya.
Justru karena ketakutan pada bos atau pada seorang tokoh, lalu memberikan keistimewaan dan tidak diperiksa oleh satpam, akibatnya bisa fatal.
Bukankah kasus dugaan penyelundupan motor gede Harley Davidson dan sepeda Brompton oleh orang nomor satu di maskapai penerbangan Garuda Indonesia, membuktikan bahwa siapapun berpotensi melakukan penyelewengan?
Sekiranya barang-barang yang dibawa mantan Direktur Utama Garuda itu tidak diperiksa sebagaimana mestinya, tentu upaya penyelundupan itu akan berlangsung mulus dan negara dirugikan dalam jumlah yang lumayan.
Tak jarang pula kita mendengar kisah orang-orang yang bertampang parlente, saat bertamu ke komplek perumahan mewah, tak ditanyai identitas dan tujuan kedatangannya oleh satpam penjaga gerbang komplek.
Eh ternyata si tamu yang bergaya orang kaya itu ternyata perampok yang menyatroni rumah yang lagi kosong, atau memperdaya asisten rumah tangga untuk masuk sebuah rumah sasaran.
Orang yang bertampang pejabat atau tokoh masyarakat yang berniat menipu, mungkin tidak banyak. Namun demikian, standar prosedur yang harus dilakukan seorang satpam atau profesi lain harus tetap berjalan tanpa pengecualian.Â
Orang-orang penting tidak boleh merasa tersinggung atau merasa tidak dihargai kalau diperlakukan seperti orang biasa saja oleh satpam, karena memang begitulah yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H