Anak muda yang energik, founder perusahaan rintisan yang sangat sukses, Nadiem Makarim, sudah memberikan pernyataan di depan wartawan bahwa ia bersedia melepas jabatan CEO di Gojek untuk bergabung dalam Kabinet Kerja Jilid 2.
Seperti ramai diberitakan media massa, Nadiem adalah salah satu calon menteri yang dipanggil ke istana oleh Presiden Jokowi, Senin (21/10/2019) kemarin. Direncanakan Rabu (23/10/2019) besok akan menjadi hari bersejarah bagi Nadiem, dilantik jadi menteri yang ada kaitannya dengan bidang digital.
Belum jelas apakah Nadiem yang sekarang berusia 35 tahun akan menjadi menteri termuda dalam kabinet mendatang. Tapi pasti budaya kerja yang dilakoninya akan berubah banyak.Â
Mungkin bidang yang akan ditanganinya bukan bidang baru bagi Nadiem. Namun budaya birokrasi, proses pengambilan keputusan yang panjang, dan basa basi dalam berbagai acara seremonial, harus bisa diadaptasinya secara cepat.Â
Bisa jadi Nadiem akan berhasil mengubah budaya birokrasi jadi lebih ringkas khas perusahaan di era milenial. Atau mungkin pula Nadiem terbuai dan menikmati budaya semi feodal di pemerintahan.
Tapi tunggu, jangan dulu membahas tugas Nadiem di kementerian yang akan dipimpinnya. Masalahnya, sebelum dilantik jadi menteri, Nadiem punya tugas berat menentramkan hati para pengemudi ojek online (ojol) yang menjadi mitra Gojek.Â
Soalnya terbetik kabar bahwa para pengemudi ojol menolak bila Nadiem menjadi menteri. Bahkan seperti dilansir dari liputan6.com (21/10/2019), pengemudi ojol yang tergabung dalam Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) mengancam akan mengerahkan massa dalam jumlah besar bila Nadiem menerima ajakan Jokowi.
Kenapa muncul ancaman demonstrasi dari Garda? Jawabannya adalah karena Nadiem dianggap gagal menyejahterakan mitra pengemudinya. Itulah yang tertulis di laman tribunnews.com (21/10/2019).
"Nadiem Makarim boleh besar dengan berderet gelar akademik dan valuasi Gojeknya yang triliunan rupiah, namun di balik itu, jutaan mitra ojek online-nya berdarah-darah di lapangan, jauh dari sejahtera. Dari segi pendapatan, intinya ojol mitranya belum happy," kata Igun, koordinator Garda.
Dari kacamata makro ekonomi, terlepas dari kesejahteraan pengemudi ojol yang masih belum sesuai harapan, harus diakui bahwa Gojek atau perusahaan lain yang sejenis telah menyediakan lapangan pekerjaan yang sangat luas. Tentu hal ini sangat membantu bagi pemerintah.
Memang dengan semakin banyaknya pengemudi ojol, persaingan sesama mereka menjadi sangat ketat. Ini yang membuat uang yang dibawa pulang oleh masing-masing pengemudi semakin turun.