Hebatnya, Museum De Tjolomadoe adalah hasil transformasi yang cerdas, Â dari sebuah pabrik gula yang berdiri tahun 1861 dan terakhir jadi milik PT Perkebunan Nusantara, namun menjadi aset terbengkalai karena tidak lagi beroperasi sejak tahun 1998 gara-gara dihantam badai krisis moneter, alih fungsi lahan dan minimnya suplai tebu.
Aset terbengkalai tersebut berupa lahan yang luas, beberapa gedung peninggalan Belanda yang juga luas, mesin-mesin dan berbagai tabung besar buat penguapan, dan alat-alat pabrik gula lainnya.
Biasanya aset terbengkalai milik negara akan berakhir dengan cara dilelang, sehingga jatuh ke tangan pemodal swasta. Kemungkinan besar investor baru akan meruntuhkan gedung bersejarah itu, untuk dibangun gedung baru berupa hotel, mal, apartemen dan bisnis properti lainnya.
Nama museum itu sendiri diambil dari nama pabrik gula saat didirikan dulu oleh Mangkunegara IV yakni Pabrik Gula Colomadu, yang dalam ejaan lama ditulis Tjolomadoe. Nama ini berarti "gunung madu" sebagai simbol harapan agar mendapat panen yang berlimpah.
Museum ini merupakan hasil renovasi tanpa mengubah arsitektur awalnya yang dirancang arsitek Belanda, R. Kampf. Ciri khas gedung peninggalan Belanda dengan langit-langit yang tinggi membuat pemandangan dalam gedung terlihat lepas.
Ada kafe yang besar di bagian belakang gedung. Ketika saya melongok, ternyata lagi ada live music. Sayangnya kafe relatif sepi, dugaan saya karena harga makanannya mahal.
Ada suatu ruangan yang dipenuhi foto-foto pahlawan nasional dan kutipan kata-kata yang memotivasi dari sang pahlawan tersebut. Ini sebetulnya sangat bernilai kalau saja para pengunjung mau membaca dan merenungkannya.