Di ibu kota Bangladesh, Dhaka, ada seorang anak muda yang sudah empat tahun lamanya melakukan kampanye antiklakson secara sukarela. Tanpa lelah ia mengangkat poster yang bertuliskan agar para pengemudi mobil atau motor tidak membunyikan klakson.
Di Jakarta kampanye sukarela dari individu seperti itu pernah terjadi, tapi bukan menyerukan anti penggunaan klakson, namun untuk menghadang para pengendara motor menggunakan trotoar.
Soalnya, saking macetnya jalanan ibu kota, membuat para pengendara motor tidak sabar dan memanfaatkan trotoar yang merupakan hak pejalan kaki, menjadi jalan untuk motor. Bahkan pernah pengendara motor berakrobat naik jembatan penyeberangan orang.
Tapi sebetulnya, soal klakson, Jakarta mungkin tidak kalah parah ketimbang Dhaka. Bila perjalanan mereka sedikit mengalami hambatan di jalan, klakson langsung bersahut-sahutan.
Yang jelas, warga negara tetangga yang lebih tertib lalu lintasnya seperti Singapura dan Malaysia, selalu kaget bila lagi di Jakarta. Di telinga mereka, kebisingan suara klakson merupakan hal yang aneh dan tidak perlu.
Bagi kita yang telah lama tinggal di kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta, tentu sudah kebal dengan kebisingan suara klakson. Paling-paling hanya di hari libur lebaran saat warga kota banyak yang mudik, suara tersebut sirna.
Namun ternyata Jakarta ada temannya juga, contohnya kota Dhaka itu tadi. Begitu juga kota-kota di India dan Pakistan. Secara umum boleh dikatakan fenomena klakson tersebut lazim terjadi di negara padat penduduk.
Mungkin karena beban kehidupan sudah demikian berat, maka kalau di jalan terjadi hal yang menjengkelkan, membunyikan klakson menjadi pelampiasan yang paling gampang.
Jika jalanan tersendat karena ada dua orang pengemudi terlibat pertengkaran akibat kendaraannya bersenggolan, pasti yang di belakang kompak bikin koor klakson. Begitu pula ketika lampu hijau baru menyala tapi pengemudi di depan belum bergerak, mungkin karena tidak melihat lampu atau lagi mogok.
Yang paling parah adalah ketika terjadi kebuntuan di persimpangan karena kendaraan dari segala arah saling mengunci. Biasanya hal ini terjadi bila traffic light sedang tidak berfungsi. Kalau sudah begini tak pelak lagi, terjadi perang klakson.
Budaya membunyikan klakson ini bahkan juga dilakukan orang yang sehari-hari terkenal santun. Bila sudah berada di belakang kemudi, perilakunya bisa bertolak belakang. Ada motor yang menyalibnya secara ugal-ugalan, maka klakson pun bertindak.