Lontaran kritik dari mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang populer dengan nama Ahok, terhadap Gubernur DKI Jakarta saat ini Anies Baswedan, dan juga sebaliknya ketika Anies secara tajam menyoroti kebijakan Ahok, ternyata tidak menghalangi keduanya untuk saling bertegur sapa. Bahkan saling bercipika-cipiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri).
Momen langka itu terjadi Senin (26/8/2019) kemarin saat pelantikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta periode 2019-2024 di Gedung DPRD DKI Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat. Ketika itu mantan-mantan Gubernur Jakarta, termasuk Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, juga diundang menyaksikan pelantikan wakil-wakil yang dipilih warga ibu kota pada pemilu serentak yang lalu.
Pada sesi ramah tamah, Anies langsung bergerak menemui Ahok dan Djarot. Dari tayangan berita di Kompas TV Selasa pagi (27/8/2019) terlihat Anies dan Ahok terlibat cipika-cipika dan mengobrol ringan diiringi tawa keduanya.
Sedangkan dari berita di Kompas.com (26/8/2019), ternyata Anies sebelum cipika-cipiki dengan Ahok , terlebih dahulu melakukan hal yang sama dengan Djarot. Mereka bertiga terlihat akrab. Anies sendiri sewaktu ditanya wartawan mengatakan bahwa tak ada hal khusus yang dibicarakannya dengan Ahok dan Djarot. Hanya menanyakan kabar saja dan all is good, ujar Anies.
Lalu apa komentar Ahok? Merdeka.com (26/8/2019) memberitakan bahwa Ahok senang-senang saja bertemu dengan rekan dan lawan politiknya pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. "Enggak ada nostalgia sih, soalnya aku cepat move on orangnya", kata Ahok.
Cepat move on, ini suatu sikap yang pantas ditiru oleh semua kita agar keutuhan bangsa tetap terpelihara dengan baik. Pendukung Ahok dan pendukung Anies perlu melakukan hal yang sama dengan menghentikan mengirim komentar yang masih bernada ujaran kebencian kepada kubu seberang. Hal ini juga berlaku antara kelompok pendukung Jokowi-Ma'ruf dengan pendukung Prabowo-Sandi.Â
Tapi tentu saja melontarkan kritik berdasarkan fakta dengan niat memberikan masukan, bukan menjatuhkan, yang dialamatkan pada Presiden, Gubernur, Bupati atau Wali Kota sah-sah saja, dan bahkan perlu. Namun sekali lagi, kata kuncinya ada pada niat yang baik.
Jadi, contoh baik yang diperlihatkan oleh para tokoh yang sebelumnya terlibat dalam kontestasi yang panas, namun setelah itu bisa bertemu bersilaturahim, membuktikan bahwa persatuan bangsa harus dinilai lebih penting ketimbang menang-kalah pada pesta demokrasi.
Sebelum Anies ketemu Ahok, pertemuan akrab telah pula terjadi antara Prabowo dengan Jokowi dan Prabowo dengan Megawati. Nah, kalau elit politik saja sudah move on, tentu harusnya kalangan masyarakat biasa yang sebenarnya tidak dapat keuntungan atau menderita kerugian dari kemenangan atau kekalahan jagoannya di pilpres dan pilgub, gampang pula move on.
Makanya tak perlulah mencari-cari berita yang bertendensi memecah belah bangsa, apalagi ikut menyebarkannya. Coba pikir, bila sesama anak bangsa saling hujat, apalagi sampai terjadi kekerasan fisik, tak ada keuntungan yang dapat diperoleh para penyebar berita itu. Bisa jadi ada pihak asing yang bersorak karena memang menginginkan Indonesia yang tercerai berai. Jangan sampai kita diperalat secara tidak disadari.
.