Tapi kalau boleh usul, saya kira ada baiknya kita mengundang baik-baik si bos taksi untuk berdiskusi secara terbuka di Jakarta. Kalau perlu bos Gojek yang mengirimkan tiket pesawat pulang pergi Kuala Lumpur-Jakarta.Â
Soalnya dalam hal ini, ada kepentingan Gojek dalam rangka melaksanakan penetrasi pasar ke negara tetangga itu. Tentu perlu menciptakan kesan yang baik bahwa kita bangsa yang tahun sopan santun.
Kita akan tunjukkan, meskipun dari sisi pendapatan per kapita Indonesia masih di bawah Malaysia, namun dari sisi budaya dan kreativitas, kita lebih unggul. Buktinya karya seni kita, termasuk lagu, film, sinetron, disukai banyak warga Malaysia, ketimbang karya seni mereka yang laku di negara kita.
Gojek itu sendiri, tanpa bermaksud mempromosikan, adalah hasil kreativitas anak bangsa. Bos taksi Malaysia perlu diberi penjelasan Gojek bukan semata alat transportasi, tapi terintegrasi dengan berbagai fasilitas yang pada dasarnya memudahkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mungkin saja ojek motor memang bukan menjadi kebutuhan di sana, karena jumlah motornya kalah dengan jumlah mobil. Tapi banyak fasilitas lain yang relevan dengan konsumen di Malaysia.
Tapi ngomong-ngomong, perlu ditelusuri, jangan-jangan si bos taksi Malaysia "dimanfaatkan" oleh salah satu unsur di pihak oposisi di negara kita. Â Soalnya ia mengkritik kebijakan pemerintah.
Makanya buruan undang dia untuk diskusi terbuka. Bila merasa benar, harusnya ia bertindak sportif dengan memenuhi undangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H