Setelah lama menjadi sekadar wacana, tampaknya pembangunan jembatan terpanjang di Indonesia akan menjadi kenyataan. Proyek dimaksud adalah jembatan yang menghubungkan dua pulau strategis di Provinsi Kepualauan Riau, yakni antara Pulau Bintan dan Pulau Batam.
Tentang Batam mungkin tak perlu banyak diulas karena sudah cukup populer. Batam sangat diuntungkan dari posisinya yang merupakan gerbang memasuki Indonesia dari Singapura dan juga dari Johor (Malaysia). Di samping itu, Batam juga kota yang sengaja dirancang sebagai kota industri.
Sedangkan Bintan, mungkin belum banyak yang tahu, sejak Kepulauan Riau mendapatkan status provinsi, sebelumnya masuk provinsi Riau, menetapkan kota Tanjung Pinang yang ada di Pulau Bintan sebagai ibu kotanya.
Jadi boleh dikatakan jalur Batam-Bintan ini merupakan jalur yang hidup. Setiap hari frekuensi keberangkatan kapal ukuran sedang berkapasitas sekitar seratus orang penumpang dari Batam ke Bintan dan sebaliknya, relatif tinggi.
Apalagi turis asing, khususnya dari Singapura dan Malaysia, semakin banyak yang berkunjung  ke dua pulau tersebut. Dengan adanya jembatan tentu pergerakan para wisatawan semakin gampang.Â
Kalau di Batam turis asing lebih banyak shopping, maka di Bintan turis banyak yang menikmati objek wisata alam dan sejarah. Turis Melayu Singapura atau Melayu Malaysia lebih senang ke Pulau Penyengat, sebuah pulau kecil di seberang kota Tanjungpinang.Â
Di Pulau Penyengat masih terpelihara istana kerajaan Melayu, masjid kuno, dan gedung bersejarah lainnya. Tapi turis berkantong tebal tak kan melewatkan resort menawan di Lagoi sambil bermain golf. Lagoi terletak di utara Pulau Bintan.
Kalau Pulau Batam sudah begitu heterogen dengan penduduk yang mulai padat dan berasal dari berbagai suku di tanah air, maka Pulau Bintan sangat kental dengan sesuatu yang berbau Melayu.
Maka meskipun mungkin akan ada korban jika jembatan tersebut terwujud berupa sepinya angkutan laut, manfaatnya tetap jauh lebih banyak. Yang jelas taksi atau bus trayek Batam-Tanjung Pinang akan banyak lalu lalang di jembatan itu.
Seperti dilansir dari liputan 6.com (11/7/2019), proyek besar dimaksud sudah memasuki tahap akhir dalam membuat kajian dan rancangan. Tahun 2020 direncanakan sudah masuk tahap konstruksi.
Masa konstruksi diperkirakan memakan waktu 3-4 tahun. Sedangkan biayanya sekitar Rp 3-4 triliun, seperti yang dikatakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di situs berita tersebut.