Sebuah berita di Kompas (26/6/2019) menarik perhatian saya. Judulnya adalah "Pelayaran Padang-Jakarta Bakal Diaktifkan Kembali." Rupanya kapal penumpang milik Pelni sudah beberapa tahun tidak berlayar dari Teluk Bayur (pelabuhan laut di Padang) ke Tanjung Priok (pelabuhan laut di Jakarta) dan sebaliknya.
Ditutupnya jalur laut di atas tentu dampak dari maraknya penerbangan berbiaya murah. Tarif pesawat dari Padang ke Jakarta hanya sekitar Rp 500.000. Tapi era maskapai murah tersebut telah berlalu meskipun perkembangan terbaru untuk hari dan jam tertentu akan disedikan sejumlah kursi dengan harga murah.
Jadi, mahalnya harga tiket pesawat sebetulnya mempunyai efek positif bagi moda transportasi lain. Sekarang setelah moda transportasi bus kembali dilirik penumpang dari Padang ke Jakarta dan sebaliknya, giliran kapal laut yang kembali bangun dari tidur panjangnya.
Bila kapal yang dipakai berukuran besar seperti Kapal Motor (KM) Kerinci yang dulu pernah saya naiki beberapa kali pada rentang waktu dari tahun 1984 sampai 1986, menurut saya menjadi pilihan yang lebih nyaman ketimbang naik bus.
Hanya saja kalau naik kapal di kelas ekonomi dan penumpang lagi penuh, memang agak sengsara juga bila tak kebagian tempat tidur. Bahkan kalaupun kebagian tempat tidur, harus menyewa kasur dan bantal, karena di kelas ekonomi hanya menyediakan tempat merebahkan tubuh beralaskan besi tanpa sekat.Â
Bayangkan kalau lagi penuh tentu para penumpang tidur dengan kondisi saling berdempetan. Bisa saja kepala seseorang berada di telapak kaki penumpang lain.
Namun kalau membeli tiket yang mendapat fasilitas kamar, maka ini yang terasa nyaman. Ada berbagai kelas kamar, dari yang satu kamar untuk 2 orang sampai satu kamar untuk 8 orang dengan empat tempat tidur bertingkat.
Asyiknya naik kapal adalah karena penumpang bebas bergerak, jalan-jalan ke berbagai sudut kapal yang terdiri dari beberapa lantai. Jadi kaki atau sekujur tubuh tidak akan pegal seperti naik bus jarak jauh.
Di atas kapal ada ruang makan yang dibuka pada jam-jam tertentu yang merupakan fasilitas tanpa dipungut bayaran lagi karena sudah termasuk di harga tiket. Kalau malam hari di ruang makan tersebut ada pertunjukan musik.
Bila terasa lapar di luar jam buka restoran atau bila tak cocok dengan jatah makanan yang gratis, penumpang bisa membeli makanan di kounter yang tersedia.Â