Periode kedua Presiden Jokowi baru akan dimulai beberapa bulan lagi, tapi pembentukan kabinet baru yang sepenuhnya berasal dari para ahli yang bukan representasi dari partai pendukung, atau lazim juga disebut dengan "kabinet zaken" tampaknya hanya menjadi sekadar wacana.
Sebagai contoh, sepertinya tak ingin didahului oleh partai lain, Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono sudah melontarkan pernyataan bahwa partainya layak mendapat jatah 4 sampai 5 kursi menteri.
Seperti dilansir dari kompas.com (27/5/2019), alasan Agung karena Golkar adalah partai pemenang kedua dalam pemilu serentak yang lalu dan menjadi partai yang pertama kali mengusung Jokowi-Ma'ruf Amin pada pilpres 2019, lebih dulu dari PDI-P dan Nasdem.
Agung Laksono menyebut 6 nama dari Golkar yang layak dipertimbangkan menjadi menteri, 2 di antaranya bersatus sebagai menteri saat ini yakni Airlangga Hartarto dan Agus Gumiwang Kartasasmita. Sedangkan nama lainnya adalah Ilham Habibie, Ponco Sutowo, Ganjar Razuni, dan Indra Bambang Utoyo.
Harus diakui pengurus Golkar saat ini lebih lincah dan lebih cepat bergerak. Buktinya Golkar lebih awal mendeklarasikan dukungannya pada Jokowi dan sekarang juga mencuri start dalam menyorongkan kadernya untuk dipinang Jokowi sebagai menteri.
Hanya saja, kalau Golkar dapat jatah 4-5 menteri, tentu PDI-P lebih banyak dari itu, di samping karena menjadi partai tempat Jokowi bernaung, tapi juga menyandang status sebagai pemenang pemilu legislatif yang baru saja usai.
PKB karena menjadi partainya Ma'ruf Amin tentu berharap punya wakil yang tak kalah banyak dibanding Golkar di kabinet mendatang. Demikian pula Nasdem yang perolehan suaranya melejit ketimbang pileg 2014.
Lalu bagaimana dengan partai-partai "kecil" lain yang ikut mengusung Jokowi-Ma'ruf? Masih ada tercatat partai PPP, Hanura, PKPI, PSI dan Perindo yang ikut berkeringat memperjuangkan kemenangan Jokowi-Ma'ruf.
Sebetulnya Jokowi sudah menyatakan bahwa menteri yang diingankannya adalah tipe eksekutor. Pada periode kedua dan sekaligus periode terakhirnya sebagai Presiden tentu Jokowi ingin habis-habisan mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk mempercepat pembangunan di segala bidang, tidak hanya bagus dalam rancangan, namun juga bagus dalam mengimplementasikannya.
Silakan saja semua partai pendukung menyodorkan nama-nama kadernya, tapi diharapkan Jokowi-Ma'ruf tidak merasa tersandera. Bila untuk suatu kementerian calon yang diajukan partai kalah kualitas ketimbang calon lain dari kalangan profesional, Jokowi tidak usah ragu untuk memilih calon dari kalangan profesional.Â