Sate Dangung-dangung sejak belasan tahun terakhir ini sangat terkenal di Sumatera Barat (Sumbar). Dangung-dangung sendiri merupakan sebuah kota kecamatan sekitar 15 km di sebelah utara Payakumbuh, Sumbar.
Sekarang ini warung sate dengan embel-embel "Dangung-dangung" ini dikenal pula di luar Sumbar, karena sudah bisa ditemukan di Jakarta dan sekitarnya, Medan, Pekanbaru, Bandung, dan kota-kota besar lainnya.
Namun tentu akan lebih asyik bila berkesempatan menjajal sate yang tidak sepedas sate ala Minang lainnya di kampung asalnya, yang sekarang rupanya menjadi obyek wisata kuliner dan layak disebut sebagai kampung sate.
Asyiknya ke desa tersebut dilakukan pada sore sampai malam hari, saat belasan warung sate telah siap melayani pembeli yang kebanyakan datang dari berbagai kota di Sumbar atau wisatawan dari luar daerah.
Sebetulnya di manapun di Sumbar, minimal di level kota kecamatan, sangat gampang menemukan warung sate. Tapi yang paling ekspansif yang berani mengadu nasib di perantauan awalnya adalah pedagang sate asal Pariaman. Itulah yang banyak ditemukan di banyak pasar tradisional di Jakarta atau yang memakai gerobak berkeliling masuk gang keluar gang.
Kemudian giliran sate Padang ala Padang Panjang yang menyasar kalangan menengah ke atas karena hadir di beberapa mal kelas atas di Jakarta. Hal ini bermula dari seringnya artis atau pejabat dari ibu kota yang singgah mencicipi sate di Padang Panjang dalam perjalanannya dari Padang ke destinasi wisata utama di Bukit Tinggi.Â
Sate Mak Syukur dan Sate Saiyo adalah dua nama yang paling terkenal dan akhirnya membuka cabang atau mungkin memakai sistem waralaba di beberapa mal di ibu kota.
Dulu sang kakek hanya berjualan secara berpindah-pindah dari satu pasar ke pasar lain di sekitar Dangung-dangung (istilahnya dari pekan ke pekan, karena di pasar kampung hanya ramai satu kali sepekan atau seminggu, dan masing-masing kampung punya hari pasar tersendiri).
Baru pada dekade 1980-an Amri Boer membuka warung sate di kota Payakumbuh. Namun perkembangan pesat berlangsung sejak awal tahun 2000-an, ketika 8 dari 10 orang anak Amri Boer membuka warung sate masing-masing di Payakumbuh dan di Dangung-dangung.