Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Masakan Istri Jadi Hangus Gara-gara Kecanduan Gawai

21 April 2019   17:58 Diperbarui: 21 April 2019   18:02 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masakan hangus. Dok. blogunik.com.

Ketika tengah asyik membaca buku di ruang tengah, tiba-tiba saya mencium hangus dari arah dapur. Saya buru-buru ke dapur dan mematikan kompor. Rupanya istri saya yang sebetulnya sedang memasak kelupaan mengontrol hasil masakannya.

Awalnya saya agak emosi dan berniat untuk berbicara sedikit keras kepada istri, soalnya ini bukan kejadian yang pertama. Sang istri saya temui lagi asyik memainkan gadget-nya di dalam kamar.

Akhirnya saya berbicara baik-baik, menyuruh istri melihat apa yang terjadi di dapur. Ternyata ada separoh masakan yang sudah gosong dan harus dibuang. Untung saja saya ada di ruang tengah yang dekat dari dapur dan agak jauh dari kamar tempat istri sibuk dengan media sosialnya.

Saya tidak tahan untuk tidak menceramahi istri, meskipun saya ragu apakah itu akan bermanfaat. Ya paling tidak ceramah itu berguna bagi saya sendiri, hanya saja dari pada ngomong ke diri sendiri, kan lebih enak dialamatkan ke orang lain. Buat diri sendiri cukup bicara dalam hati saja.

Jujur, saya pun beberapa kali mengalami hal yang sama. Umpama saya lagi memasak air (satu-satunya keahlian memasak yang saya bisa). Menunggu selama 20 menit waktu rata-rata yang dibutuhkan sampai air mendidih, saya manfaatkan untuk membaca buku atau berselancar di dunia maya.

Kalau membaca buku, biasanya saya ingat bahwa saya memasak air dan mendekati 20 menit saya akan melihat ke dapur. Namun kalau lagi memainkan gawai, sungguh membuat terlena.

Membaca pesan-pesan masuk di berbagai grup media sosial, melihat meme yang bikin terbahak, membaca pujian selangit terhadap capres-cawapres tertentu beserta caci maki atas capres-cawapres saingannya, membuat saya lupa dengan tugas di dapur. Pas ingat, ternyata tampaknya air sudah cukup lama mendidih.

Betapa susahnya saya dan istri memberi contoh kepada anak-anak saya yang sudah remaja, bahwa sebaiknya bermain hape dibatasi waktunya, karena bisa terlena dan kecanduan. 

Masalahnya justru istri saya sendiri yang berusia lebih dari setengah abad sudah memperlihatkan ciri-ciri kecanduan, terutama untuk menonton video ceramah ustad kesukaannya. Lama-lama merembet pula ke soal politik. 

Saya biarkan saja sepanjang ia masih sadar tidak ada politisi yang bersih seratus persen atau kotor seratus persen. Maksud saya jangan memuja berlebihan , jangan pula mencaci secara keterlaluan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun