Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Kenapa Prabowo Begitu Perkasa di Sumbar?

24 April 2019   17:57 Diperbarui: 26 April 2019   17:44 4843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. posmetropadang.co.id

Hasil resmi perhitungan suara dari KPU memang belum selesai dihitung. Namun dari hasil hitung cepat, meskipun pasangan Prabowo-Sandi mengalami kekalahan, di sejumlah provinsi Prabowo-Sandi unggul atas Jokowi-Ma'ruf.

Ambil contoh di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Prabowo boleh dikatakan menang telak. Hal yang tidak mengherankan sebetulnya, mengingat tahun 2014, Prabowo-Hatta juga menang telak dengan meraih suara sebanyak 76,9%.

Tapi, sekarang lebih "gila" lagi, Prabowo-Sandi, menurut hasil hitung cepat dari Indikator Politik Indonesia, mengumpulkan suara sebesar 84,12%.

Meskipun tidak mengherankan, rasanya tetap menarik untuk dikaji kenapa Prabowo sedemikian perkasa di Sumbar. Padahal pada tahun 2009, saat Prabowo digandeng sebagai cawapres oleh Megawati Soekarnoputri, pasangan ini di Sumbar betul-betul terpuruk, menempati posisi juru kunci setelah SBY-Boediono dan JK-Wiranto.

Bisa jadi pada kontestasi 2009 itu, Prabowo tidak dilirik karena posisinya hanya cawapres dari Ibu Mega dan partai pengusungnya PDI-P memang relatif kurang populer di Ranah Minang tersebut.

Beberapa tahun kemudian, entah dari mana asalnya, di percakapan yang banyak melibatkan urang awak di media sosial, beredar semacam petunjuk bagaimana memilih seorang pemimpin berdasarkan filosofi Minang.

Maka tersebutlah istilah "Tiga T", yakni takah, tageh dan tokoh, sebagai kriteria yang harus dipenuhi pemimpin yang ideal. Rumus 3T itu pernah ditulis oleh Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, di koran Singgalang, salah satu koran terbitan Padang (hariansinggalang.co.id, 24/2/2016).

Takah, menurut sang gubernur, berkaitan dengan performance, postur tubuh yang bagus, rupawan, gagah, penampilan menarik dan berwibawa. Cara berbicara di depan publik atau cara menyampaikan gagasan melalui tulisan, juga termasuk dalam takah ini.

Tageh artinya tegas, berani, kuat, kokoh, dan teguh dengan pendirian, sehingga mampu menjadi tumpuan harapan rakyat. Tokoh berarti mampu memberikan keteladanan, ketokohannya diakui dalam skala yang lebih luas dan keilmuannya juga sudah terbukti, baik ilmu agama, adat, dan akademik.

Apakah faktor 3T betul-betul menjadi pertimbangan bagi masyarakat Sumbar dalam pilpres 2014 dan 2019, tentu sulit untuk dibuktikan, karena bisa juga yang terjadi sebaliknya. Maksudnya, masyarakat sebetulnya sudah menjatuhkan pilihan pada Prabowo, lalu mencarikan pembenaran pada penampilan fisiknya atau cara berpidatonya yang lebih oke ketimbang Jokowi, sehingga ketemu kriteria 3T itu tadi.

Terlepas dari rumus 3T, berkemungkinan orang Minang tidak begitu suka dengan Jawa sentris. Jawa dalam pengertian orang Minang bukan sekadar etnis, tapi Pulau Jawa secara geografis. Jadi pasangan Jokowi-Ma'ruf dianggap dua-duanya sebagai Jawa, meskipun Ma'ruf Amin adalah kelahiran Tangerang yang sekarang masuk provinsi Banten. Sedangkan Sandiaga, kelahiran Rumbai, Riau, dan dicitrakan sebagai orang Gorontalo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun