Anggaplah kampungnya  tidak begitu jauh, sekitar  7 jam dari Jakarta naik bus. Itu saja butuh minimal dua hari yang dihabiskan, berangkat sehari sebelum pemilu dan kembali siangnya sehabis mencoblos.
Tapi bagaimanapun juga, adanya fasilitas yang memungkinkan seorang pemilih pindah TPS, perlu diapresiasi, karena pasti mengurangi jumlah golput. Lagipula terbukti antusiasme warga sangat tinggi, yang tentu saja merupakan hal yang menggembirakan.
Hanya saja bila KPU menolak permohonan mereka karena masalah administrasi atau si pemohon meninggalkan kantor KPU lebih cepat karena tidak sabar menunggu dilayani, padahal izin dari kantor hanya untuk satu-dua jam saja, maka mereka akan memperpanjang daftar pemilih yang golput.Â
Maka terhadap yang golput tidak bisa disamaratakan, karena ada yang golput sebagai pilihan politiknya, golput karena ingin libur panjang ke luar daerah atau luar negeri, dan golput karena "kecelakaan" dalam arti mereka sudah berusaha untuk mengurus pindah memilih tapi tidak berhasil.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H