Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sebut Anak Bermasalah sebagai Produk Gagal

11 April 2019   09:26 Diperbarui: 11 April 2019   09:37 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. iwaza.wordpress.com

Bertengkar sama anak sendiri, jelas bukan langkah yang bijak. Dalam beberapa kasus bahkan ada orang tua yang mengusir anaknya, karena merasa si anak betul-betul keras kepala, tak mau menggubris pendapat orang tua. 

Tindakan mengusir anak biasanya kalau sudah melewati batas tertentu yang tak termaafkan, contohnya mau menikah dengan orang yang tidak disukai orang tua atau ada anak yang berpindah keyakinan. 

Orang tua bilang bahwa anaknya egois, tapi sebetulnya dengan memaksakan kehendak, bukankah orang tua juga secara sadar mempertontonkan keegoisannya?

Jadi, bila anak sudah dewasa, katakanlah sudah berusia di atas 21 tahun, idealnya orang tua membina hubungan yang setara dengan si anak, saling berbicara dan sekaligus saling mendengar.

Sayang kepada anak memang sangat manusiawi, namun rasa sayang itu diwujudkan justru dengan memberi ruang kebebasan berekspresi atau bereksperimen yang lebih luas pada anak. Tentu perlu diawasi namun cukup secara tidak langsung, tanpa terkesan dimata-matai.

Banyak pula orang tua yang merasa minder bila berkumpul dengan kerabat atau paguyuban sesama teman lamanya. Minder karena yang lain bercerita tentang anak-anak mereka yang berhasil pendidikannya dengan memperoleh gelar master di luar negeri, yang bekerja di perusahaan terpandang, dan hal lain yang membanggakan. 

Sementara yang anaknya "hanya" jadi tukang di bengkel mobil, jadi guru honorer di daerah pelosok, jadi petani kecil-kecilan, takut ditanya tentang kondisi anaknya, karena merasa hal itu bukan profesi membanggakan.

Apalagi kalau si anak masih menganggur yang malah disebut sebagai "produk gagal" itu tadi. Tapi sekali lagi, sebaiknya istilah ini jangan digunakan. Sekecil apapun, mereka punya harapan di masa depan. 

Usahakan agar si anak yang bermasalah terbuka menceritakan masalahnya, lalu secara bersama mencarikan jalan keluarnya, tentu juga diiringi dengan doa. 

dok. iwaza.wordpress.com
dok. iwaza.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun