Ada yang berbeda pada pertandingan babak perempat final Piala Presiden 2019 di Gelora Bung Tomo Surabaya, Jumat (29/3/2019) kemaren. Pada saat istirahat setelah babak pertama usai, ribuan bonek, julukan bagi suporter klub Persebaya Surabaya, melemparkan boneka yang masih dibungkus plastik ke pinggir lapangan.
Boneka-boneka itu akan disumbangkan kepada para penderita kanker. Itulah bentuk support dari para bonek bagi anak-anak penderita kanker agar mereka tetap bersemangat, terus berjuang melawan penyakit yang mereka derita. Tindakan bonek tersebut merupakan hal yang terpuji sekaligus mengharukan.
Citra bonek yang selama ini mungkin tercoreng dengan kelakuan beberapa oknumnya yang berbuat seenaknya, naik kendaraan umum tidak membayar atau makan di warung pinggir jalan juga tidak membayar, berkelahi dengan kelompok pemuda lain, ternyata bila dikoordinir mampu melahirkan kreativitas yang diluar dugaan.
Diharapkan berbagai kelompok suporter di Indonesia juga terpacu untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan, tidak harus berupa pengumpulan boneka, tapi membuat terobosan baru yang mungkin belum pernah dilakukan di tempat lain.Â
Mengajak anak-anak yang masih remaja seperti kebanyakan suporter sepak bola memahami pentingnya berbagi untuk sesama atau peduli pada misi kemanusiaan, merupakan salah satu cara dalam membangun karakter yang baik.
Tentang memberi hadiah boneka, bila ditelusuri ternyata hal ini dimulai di Eropa. Sebagai contoh, kompas.com (12/9/2016) memberitakan pertandingan di Eredivisie (Liga 1-nya Belanda) antara ADO Den Haag dengan Feyenoord Rotterdam.
Saat laga baru berlangsung 11 menit, suporter dari Den Haag yang berada di tribun atas melemparkan boneka kepada suporter Feyenoord yang berada di tribun bawah. Rupanya ini respon dari ajakan suporter Feyenoord agar tamunya dari Den Haag membawa boneka sebagai hadiah untuk anak-anak yang menjadi pasien di Rumah Sakit Anak Sophia, rumah sakit anak tertua di Belanda.
Akhir tahun lalu, seperti diberitakan bola.net (26/12/2018), pada saat jeda pertandingan antara klub Real Betis dengan klub Eibar di La Liga Sapnyol, para suporter melemparkan boneka ke dalam lapangan. Tentu saja itu bukan aksi protes, melainkan akan dihadiahkan pada anak-anak yang membutuhkan agar mereka bisa merayakan Natal dan tahun baru.
Jelaslah, suporter di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh suporter klub-klub sepak bola di Eropa yang mereka tonton melalui layar kaca. Namun, perlu dipikirkan juga, ada perbedaan budaya antara Eropa dan Indonesia.