Kaca depan bus hancur dan penumpang yang duduk di bagian depan ada yang tewas, ada pula yang masih hidup namun terluka parah. Saya yang duduk di bagian tengah, hanya terkena pecahan kaca berukuran kecil yang masuk ke saku kemeja saya. Â
Yang ingin saya ceritakan adalah betapa masyarakat desa setempat begitu sigap memberikan pertolongan, dan mobil yang lewat tidak ada yang keberatan membawa korban ke rumah sakit terdekat.
Belum lama ini, sekitar awal Januari 2019, di depan kantor tempat saya bekerja di Jakarta Pusat, terjadi kecelakaan antara pengendara motor dengan sebuah mobil sedan yang kabur setelah kejadian. Sedangkan pengendara motor berlumuran darah tergeletak di tengah jalan.Â
Saya tidak tahu persis kejadiannya, karena begitu keluar dari kantor untuk makan siang, sudah terlihat beberapa orang yang menggotong korban, lalu mencari mobil untuk membawa ke rumah sakit. Sayangnya, tak satupun dari tiga mobil yang kebetulan lewat mau membawa korban.
Kemudian ada taksi yang lewat, kebetulan lagi kosong, juga tidak mau, sambil ngomong sesuatu sebagai alasan yang tidak terdengar jelas oleh saya. Butuh beberapa menit baru ada sopir taksi yang berbaik hati mau mengantar.
Saya tidak melakukan penelitian seperti dua pelajar yang hebat itu. Tapi menurut saya, meskipun hanya berdasarkan pengamatan sekilas, masyarakat yang sekarang tinggal di kota besar, rasa setia kawannya atau saling tolong menolong sesama manusia semakin tipis. Tak malukah kita pada semut? Jangan berhenti sekadar jadi lirik lagu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H