Bagi yang mengalami masa remaja pada dekade 1980-an, harusnya akrab dengan sebuah lagu yang amat populer ketika itu. Judulnya Kisah Kasih di Sekolah, ciptaan Obbie Messakh dan dinyanyikannya sendiri, tapi versi yang dibawakan almarhum Chrisye lebih terkenal.
Salah satu liriknya berbunyi: "malu aku malu pada semut merah yang berbaris di dinding.....". Tapi malunya Obbie bersifat imajinatif khas seorang pencipta lagu, bukan dalam arti sesungguhnya.
Nah, kali ini dua orang remaja putri asal Kota Medan, Sumatera Utara, melakukan sebuah penelitian yang membuat kita harus sungguh-sungguh malu pada semut. Namanya Zahra Annisa Fitri dan Nadya Kairussifa, keduanya adalah pelajar SMA Negeri 1 Medan.
Mereka terpilih sebagai pemenang Indonesian Fun Science Award yang diadakan di Tangerang beberapa waktu lalu. Obyek penelitiannya adalah kawanan semut yang sering dijumpainya di lingkungan sekolah dan di rumah mereka.
Sebagai hadiahnya, setelah mereka berhasil menyisihkan ratusan peserta dari berbagai daerah di tanah air, adalah jalan-jalan ke Jerman. Acara jalan-jalan ini diongkosi oleh Swiss German University.
Memang sampelnya bukan semut merah seperti lirik lagu di atas, namun semut hitam. Namun yang penting kesimpulan penelitiannya menyebutkan bahwa semut adalah binatang yang setia kawan.Â
Semut yang diteliti ketika dihadapkan pada dua pilihan, membantu temannya yang terperangkap atau mengambil makanan, ternyata 60 persen memilih membantu temannya.
Menurut referensi yang dibaca kedua pelajar itu, semut setia kawan karena punya feromon yang digunakan untuk berinteraksi atau memberikan sinyal antara yang satu dengan yang lain.
Dalam penelitian tersebut, seperti yang dilansir dari liputan6.com (22/3/2019), Zahra dan Nadya menemukan semut yang mau menolong temannya tapi ikut terperangkap. Akhirnya semut tersebut menolong dirinya sendiri, bergerak mengambil makanan, lalu balik lagi membantu temannya.
Bagaimana dengan kesetiakawanan antar manusia? Berikut saya tuturkan dua kali pengalaman saya dengan setting waktu dan tempat yang berbeda.
Dulu sekitar tahun 1988, saya pernah naik bus dari Padang ke Payakumbuh, berjarak sekitar 125 km. Menjelang sampai di Payakumbuh, tepatnya di desa Padang Tarok, Kabupaten Agam, bus yang saya tumpangi dalam posisi menanjak dihajar oleh sebuah truk dari arah berlawanan.Â